By: Yan Nurindra

3 Pilar Dasar

Ketika konsep “LoA” sudah dapat kita terima, maka kini kita mulai dapat memasuki “perjalanan panjang yang indah”, yaitu menumbuhkan kompetensi di berbagai hal dalam diri kita, mulai dari “habitual” “mindset” atau apapun yang diperlukan, agar “LoA” dapat “bekerja” untuk kita ! (Baca : sesuai dengan keinginan kita).

***

Menurut pemahaman dan pengalaman saya, beserta pengalaman dari berbagai pihak yang merasa terbantu dengan prinsip “LoA” (catatan : Saya banyak menangani Client yang khusus ingin di-treatment untuk memasuki gaya hidup “LoA”), akhirnya saya mencoba memberanikan diri untuk menyusun pilar dasar yang diperlukan untuk me-“LoA”, dan saya berharap hal ini dapat memperkaya para pembaca, yang saya yakin sudah sangat banyak yang “canggih” dalam menerapkan “LoA”. Pilar dasar ini ada 3 buah, yaitu : (1). New Paradigm (2). Basic Technique (3). Mindset & Lifesyle.

Saya coba meng-analogikan dengan :

Misalkan ada suatu pendapat, yaitu bahwa dari sebatang pohon yang sangat besar, katanya dapat dibuat berbagai macam furniture dan handycraft yang indah dan berseni. Nah ini saya sebut sebagai “New Paradigm”, yaitu suatu konsep dasar atau semacam presupposition yang dapat kita jadikan sebagai “pegangan” untuk mengetahui apa saja yang mungkin kita capai !

Tetapi konsep dasar ini tidak serta merta akan melahirkan berbagai furniture atau handycraft yang indah. Kita membutuhkan keterampilan dasar, misal : menggergaji, memahat, memaku, mengukir, mengecat, dsb. Ini saya sebut dengan “Basic Technique”, atau semacam infrastruktur.

Selanjutnya untuk mewujudkan furniture dan handycraft yang dimaksud, kita masih harus memiliki berbagai hal, yaitu antara lain : semangat, kesabaran, ketelitian, selera seni, bahkan kita perlu mengembangkan kesehatan dan kebugaran agar kita dapat menggergaji pohon besar tersebut. Tanpa kekuatan dan semangat, mustahil kita dapat menggergaji pohon tersebut. Tanpa ketelitian dan kesabaran, mustahil rasanya kita mengukir sebongkah kayu sehingga menjelma menjadi handycraft yang indah ! Ini saya sebut sebagai “Mindset & Lifestyle”.

Nah, mungkin analogi di atas tidaklah terlalu tepat, akan tetapi saya mencoba untuk menggambarkan perlunya langkah yang bersifat “holistik” dalam segenap hal, termasuk saat kita meng-implementasikan gaya hidup “LoA” ! Ingat kita hidup di dunia yang sangat riel, dimana tangan masih terasa sakit jika dicubit, dan perut tetap merasa lapar jika tidak diisi, juga kita masih sering “kesal” jika terjebak macet di jalan tol !

***

3 Pilar Dasar :

New Paradigm

Pahami dengan baik “paradigma baru” “LoA” yang memandang alam semesta dengan cara yang sedikit berbeda ini. Pastikan bahwa kita tidak memiliki “konflik bathin” terhadap paradigma ini. Jika kita merasa “tidak pas” dengan Paradigma “LoA”, maka tinggalkan dan pilihlah paradigma lain yang lebih dapat memberdayakan kita !

Basic Technique

Untuk mencapai kompetensi “LoA”, akan “amat sangat banyak” proses programming maupun de-programming yang ditujukan untuk merubah “Belief System” dan “Self Image” kita, juga untuk programming berbagai keinginan-keinginan kita (materialisasi), serta untuk memasukkan berbagai mindset baru yang diperlukan. Untuk hal ini silakan pergunakan berbagai teknik pemberdayaan diri yang paling sesuai dan efektif untuk kita, mulai NLP, Hypnosis, Psychocybernetic, atau apapun juga ! Label tidak lagi penting, yang lebih diperlukan adalah efektivitasnya !

Mindset & Lifestyle

“LoA” merupakan paradigma dasar yang dapat dianalogikan seperti halnya “Undang-Undang Dasar”. Untuk membuatnya dapat bekerja dalam tataran kehidupan riel, maka akan sangat banyak “peratuan-peraturan” yang harus dibuat berdasarkan “pokok-pokok pikiran” yang berasal dari “Undang-Undang Dasar” tersebut, dengan prinsip bahwa “peraturan-peraturan” harus mendukung dan tidak boleh bertentangan dengan induknya !

Untuk mempercepat kompetensi agar “LoA” dapat bekerja sesuai dengan keinginan kita, maka mungkin akan sangat banyak Mindset yang harus diubah, dan juga amat sangat banyak “gaya hidup” atau “Lifestyle” yang harus diubah pula !

***

Baiklah kita mulai memasuki detail untuk “memasuki kompetensi” ! Saya tidak akan membahas pilar pertama, karena ini sudah kita sepakati bersama di artikel-artikel awal. Saya akan memulainya dengan Pilar yang kedua, yaitu : Basic Technique.

Basic Technique

Disebut sebagai teknik yang sangat mendasar, karena dengan teknik inilah kita akan melakukan “programming” atau “de-programming” terhadap diri kita. Silakan pilih berbagai teknik yang paling sesuai bagi kita, dan saya yakin disini banyak para pakar yang akan berbaik hati untuk membagikan tips dalam melakukan “programming” dan “de-programming” melalui teknik NLP.

Yang lebih terpenting lagi adalah kita benar-benar memahami dan meyakini apa hal-hal mendasar yang perlu kita “programming” atau kita “de-programming” terlebih dahulu !

Sebagai contoh :

Apakah mungkin kita dapat mewujudkan keinginan : “memiliki mobil Honda Jazz berwarna silver pada akhir tahun 2008.” ????

Jika ternyata “Self-Image” kita masih berisikan program lama, yaitu : “Saya selalu gagal dalam mencapai cita-cita saya !”

Apakah mungkin kita dapat mewujudkan keinginan : “menjadi motivator terkenal Indonesia di akhir tahun 2009”. ???

Jika ternyata “Self-Image” kita masih berisikan program lama, yaitu : “Saya tidak pernah mampu berkomunikasi dengan baik di depan publik !”

Apakah mungkin kita dapat mewujudkan keinginan : “memiliki bisnis sendiri yang dapat menghasilkan nett-income Rp. 5 Juta per-bulan sejak Maret 2009”. ???

Jika ternyata “Self-Image” kita masih berisikan program lama, yaitu : “Saya tidak mungkin dapat berbisnis karena keluarga saya dari 3 generasi semuanya adalah pegawai !”

***

Dari ilustrasi di atas, semoga dapat diperoleh gambaran bahwa seringkali suatu “penciptaan” tidak berhasil hanya dikarenakan tidak memiliki “pijakan” yang cukup stabil !

Loh …. Kalau perlu “pijakan” untuk apa ribut-ribut dengan konsep “LoA” dong ? “LoA” kan di-disain untuk menghasilkan “kejaiban” tanpa sebab ??

Ya, disinilah salah satu catatan perbedaan “LoA” dalam versi saya ! Saya tidak pernah percaya adanya “keajaiban” di alam semesta ini ! Saya lebih mempercayai bahwa semuanya benar-benar akan tunduk dengan “hukum alam semesta”, termasuk hal yang kita anggap “ajaib” sekalipun ! Menurut saya, keajaiban sesungguhnya dari prinsip “LoA” adalah bahwa kita akan mengalami “percepatan” yang luar biasa ketika kita benar-benar menghayati hukum ini ! Ingat “percepatan” adalah sangat berbeda dengan “pengecualian” atau “pelanggaran” ! Percepatan lebih bermakna “lebih cepat memasuki kompetensi untuk selaras dengan hukum alam semesta” !

Memang sih, dalam menerapkan prinsip “LoA” sebagai “gaya hidup” sejak tahun 2003, saya juga cukup sering mengalami kejadian-kejadian “ajaib”, tetapi akhirnya saya pikir lebih positif jika dijadikan saja sebagai “katalis” untuk lebih memasuki penghayatan “LoA”, karena dengan istilah “ajaib”, berarti tetap masih berada “diluar kompetensi saya” alias tidak dijamin bisa diulangi secara tepat ! Seharusnya kita justru dapat me-model hal-hal semacam ini untuk menambah “percepatan” !

Mas Ronny FR pernah menjelaskan kepada saya soal “modelling” (sambil ngobrol soal “onta” dengan Kang Asep), bahwa ada 3 hal kunci dalam modelling, yang singkatnya kira-kira dalam “LoA” ini kita harus menduplikasi “state” saat “melontarkan” materilisasi, belief yang ada, strategi yang diterapkan, sampai ke fisiologi-nya, nah ini semua yang akan mengantarkan kita ke “kompetensi”, alias mampu mengulang-ulang “keajaiban” ! (Bener nggak ya ? Soalnya kuliah-nya Mas Ronny di jam 18.00 tapi satuan waktu Eropa .. he he ..)

***

Dari uraian di atas, maka salah satu obyek penting yang harus dilakukan “Programming” dan “De-Programming” adalah “Self Image”, sebelum kita mem-program berbagai keinginan atau cita-cita besar kita !

SELF IMAGE

Self Image atau “Citra Diri” sama sekali bukanlah realita diri kita sendiri, melainkan hanyalah “cara kita memandang dan menilai diri kita sendiri” ! “A Map is Not The Terittory” !

Self Image acapkali bersifat sangat halus, dan tidak tampak, alias bekerja di tingkat UnConscious. Terkadang kita perlu memasuki “keheningan” terlebih dahulu agar kita dapat “menemukan” Self-Image ini ! Diperlukan “kejujuran” dan lepasnya sang “Ego” untuk “melihat” Self-Image kita sendiri secara benar !

Self Image mirip dengan “selubung” atau “filter pemikiran” yang membungkus diri kita, dimana setiap pemikiran yang “tidak sesuai” dengan “Self Image” ini akan segera “dimatikan”, sedangkan pemikiran yang “sesuai” dengan “Self Image” ini akan “hidup” dan semakin diperkuat !

Contoh :

Ketika kita memiliki “Self Image” : “Saya orang yang tidak menarik !”

Saat kita mencoba berpikir : “Saya di pesta nanti pasti banyak menemukan teman baru !”, maka “Self Image” akan segera “membunuh” pikiran ini, dengan self-talk misalnya : “Ah kamu hanya bermimpi …. orang-orang hanya ingin berkenalan dengan orang yang menarik …. bukan orang seperti kamu yang tidak menarik sama sekali !”.

Tetapi saat kita mencoba berpikir : “Saya di pesta nanti …. pasti seperti biasa .. akan diacuhkan orang ….”, maka “Self Image” akan segera “memperkuat” pikiran ini, dengan self-talk misalnya : “ya .. kamu harus berusaha menahan emosi dan bersabar ….. inilah resiko bagi pribadi yang tidak menarik seperti kamu !”.

Semoga dari ilustrasi yang sederhana ini, kita dapat mulai melakukan “introspeksi diri”, manakah kiranya hal-hal mendasar yang terdapat di dalam “Self-Image” kita yang kiranya sangat tidak mendukung untuk mencapai “kompetensi gaya hidup LoA” ?

Berikut ini beberapa “program” yang kiranya cukup baik dan bersifat umum yang dapat kita masukkan sebagai “infrastruktur LoA” di “Self-Image” kita, sebelum kita menanamkan program-program besar lainnya :

“Tuhan memberikan saya kesempurnaan.”
“Tuhan selalu menuntun saya untuk menemukan kesempurnaan hukum semesta”
“Saya selalu dikaruniai Tuhan YME kemakmuran yang melimpah-ruah”.
“Saya selalu bersyukur terhadap kehidupan”
“Saya berhak untuk meraih kesuksesan”
“Seluruh pikiran, ucapan, dan tindakan saya, selalu membawa saya kepada keberlimpahan”
“Seluruh kebutuhan dan keinginan saya selalu terpenuhi dengan cara yang sangat mudah”
“Saya adalah pribadi yang menarik”
“Saya adalah magnet keberlimpahan”
“Saya adalah pribadi yang cerdas, tangguh, dan bijaksana”

Walaupun contoh-contoh di atas tidak besifat spesifik, akan tetapi jika kita cukup jeli, maka kita tetap dapat menyelaraskannya dengan prinsip : “Well-Formed Outcome” dari NLP, yaitu dengan membuat “target waktu” kapan kiranya program-program ini dapat menjadi “Self-Image” kita atau telah mencapai “kompetensi” dalam pola-pikir bathin kita ? Untuk urusan ini anda boleh “menodong” mas Ronny FR atau mbak Issa Kumalasari untuk meng-convert-nya menjadi “Outcome” sehingga berbagai presupposition ala “LoA” ini dapat ter-install secara permanen dalam diri kita, sehingga dapat menjadi infrastruktur bagi program-program berikutnya !

***

Ok artikel berikutnya akan menyajikan suatu teknik sederhana untuk merubah “Self-Image”

Bersambung ……