Dibawah adalah cerita dan tuturan sahabat saya di Jogja. Yang sudah bener-bener menerapkan hukum LOA ini. Penuturan sahabat ini semoga bisa menjadikan Spirit dan hikmah khususnya untuk saya sendiri dan juga Sahabat-sahabat yang lain disini.
(Nama sengaja saya samarkan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan)

Inilah penuturan sahabat tersebut :

Erwin, teman saya, adalah teman dari Evi yang pada saat itu aku belum mengenalnya. Evi sendiri adalah penggagas ide bisnis sub-stockist.

Singkat cerita, Evi mengalami kesulitan karena salah satu orang sebagai mesin terkuat bisnisnya sedang mengalami cobaan. Puncaknya ketika dia harus mengembalikan uang pada tempatnya dalam waktu 1 hari sejumlah Rp 30 juta. Sampai beberapa renternir yang beriklan di koran di sambanginya, namun dia gagal karena plafon pinjamannya terlalu tinggi. Dia betul-betul hampir putus asa. Jelas sekali hari itu dia menempatkan dirinya yang kebetulan juga membawa beberapa orang temannya ke dalam posisi yang amat terpojok.

Saat itu dia menghubungi Erwin, teman saya. Oleh Erwin, Evi direkomendasikan untuk menghubungi saya.

Kondisi saya waktu itu memang sedang dalam keadaan mempunyai duit mengendap sejumlah yang Evi butuhkan. Namun, tantangan saya pada waktu itu adalah untuk membantu, bukan berbisnis. Mampukah saya memberi bantuan sejumlah Rp 30 juta kepada orang yang baru saja saya kenal, dengan jaminan surat kendaraan yang nilainya tidak sampai Rp 30 juta, yang berada dalam keadaan terdesak yang jika dalam ilmu negoisasi bisnis konvensional berarti saya mempunyai bargaining yang sangat besar sehingga sangat bisa untuk mengajukan bunga tinggi.

Sesudah maghrib, Evi & teman-temannya berkunjung ke rumah saya untuk membicarakan pinjaman tersebut. Betul apa yang saya perkirakan, saking bingungnya mereka mengajukan tawaran "Terserah Mas sajalah mau berapa bunganya dari pinjaman ini". Suatu penawaran yang membuat air liur menetes. Limit waktu pengembalian pinjaman yang mereka ajukan adalah sekitar 1,5 bulan.

Saya yang waktu itu sedang `tune' dalam mempelajari berpikir dengan hati, mencoba menerapkan apa yang saya pelajari. Saat logika belum tercerahkan, saya mengira ini adalah bidang bisnis. Jujur saja, sempat terbesit angka persentase bunga yang saya bayangkan. Namun saat hati ikut berpikir, "Oh no, ini bukan bidang bisnis. Kasus ini bidangnya sosial & spiritual".

"Ok, kalau gitu saya berikan pinjaman tanpa bunga. Untuk waktu pengembalian diundur aja jadi 2,5 bulan...tapi jangan telat ya". Evi & teman-temannya terlihat tercengang dengan keputusan saya tersebut. Terlihat sekali perasaan mereka campur aduk. Saya pun hanya bisa berucap dalam hati, "Bismillah, may God beside us".

Dalam proses waktu pinjaman, saya masih dikasih ujian soal ikhlas. Sering sekali pikiran "wah gimana ya kalau nggak ke bayar. Gimana nih kalau dia kabur? Apalagi jaminan cuma surat kendaraan yang nilainya jauh di bawah nilai pinjaman". Itulah ujian ikhlas yang saya rasakan. Akhirnya saya pasrah, "Ya Allah, Engkau yang beri aku rejeki. Yang
menarik rejekiku juga Engkau".

Singkat cerita, tibalah waktu jatuh tempo pengembalian pinjaman. Aku deg-degan waktu itu. Betul-betul aku mencapai titik `dikembalikan saja sudah syukur' tanpa mengharap imbalan `cash back'. Ternyata mencoba untuk ikhlas dengan pasrah tidak semudah yang diteorikan.
"Mas, ini duit yang kemarin kami pinjam. 30 juta ya. Dihitung dulu mas". Alhamdulillah kataku. Aku bersyukur duitku sudah balik. Aku senang telah melewati ujian. Lega...

Sesudah menghitung uang pengembalian pinjaman, mereka mengeluarkan amplop satu lagi berisi `uang hadiah'. Saya lihat isinya dan tertegun, "Subhanallah...kok banyak sekali (menurut ukuran saya)???". Betul, saya merasa `uang hadiah' tersebut `kebanyakan'. Jumlah uang tersebut beberapa kali lipat dari jumlah uang yang pernah terlintas di pikiran saat saya memikirkan bunga pinjaman. Mereka hanya tersenyum, "Mas sudah sepantasnya mendapatkan."

Berkah ketulusan seperti tidak mengenal waktu. Seminggu kemudian aku ditelpon Evi. Dia dan teman-temannya menawarkan investasi sub-stockist dengan return 10% per bulan. Dan singkat cerita kami sepakat. 10% per bulan betul-betul mengalir ke rekening BCA-ku. Sesuai
kesepakatan, jangka waktu 1 tahun kami mengakhiri perjanjian tersebut. Investasiku pun full balik. Jangka waktu 1 tahun uangku berkembang biak 2 kali lipat lebih.

Ini membuat aku sadar bahwa heart focus, positip feeling, membawa pada ketulusan.
Ketulusan membawa pada keberkahan.