pikiran bawah sadar

By Purnomo Hadi

Mindset & Lifestyle : Living at Present

Secara umum kita memahami bahwa terdapat 3 wilayah waktu, yaitu : masa lalu, masa kini, dan ,masa datang. Deepak Choppra, salah satu guru spiritual moderen yang banyak memberikan pengaruh terhadap pemikiran-pemikiran saya, menggambarkannya dengan kata-kata yang sangat romantis : The Past is History, The Future is Mistery ….!

“The Past is History” mungkin agak mudah kita pahami, yaitu bahwa masa silam adalah sekedar sebuah sejarah …. tidak akan pernah kembali … tidak akan pernah terulang …! Dan uniknya, walaupun kita telah memahaminya dengan baik, tetapi sangat sulit umumnya bagi kita untuk mengimplementasikannya, apalagi untuk menjadikannya sebagai “presupposition” yang harus kita “install”-kan ke diri kita dengan berbagai konsekwensi yang menyertainya ….!

“The Future is Mistery”, suatu kalimat yang mudah untuk diterjemahkan, akan tetapi sangat sulit dipahami filosofinya, apalagi untuk diimplementasikan. Nah, pemahaman terhadap pengertian bahwa “masa datang adalah misteri”, justru merupakan salah satu kunci dari LoA.

Dari pernyataan sekaligus fakta bahwa “The Past is History” dan “The Future is Mistery”, maka karunia sesungguhnya atau karunia yang benar-benar riel adalah “saat ini dan disini” ! Kehidupan yang sesungguhnya bukan di kemarin atau di besok, tetapi benar-benar ada di “saat ini dan disini” ! Kemampuan kita untuk menghayati hal ini merupakan kunci penting lainnya dari LoA.

***

Kemampuan merasakan “saat ini dan disini” atau “Living at Present” merupakan kemampuan yang akan membimbing kita untuk menghayati rasa syukur dari apa-apa yang telah kita “miliki”, dan juga merupakan kemampuan yang akan memandu kita untuk membaca tanda-tanda alam semesta terkait dengan berbagai empowerment yang telah kita “lontar”-kan ke alam semesta ! Living at Present akan membuat kita menjadi “waskita” untuk menyaksikan rentetan kejadian yang selalu berada dalam skenario penciptaan kita (sadar atau tidak sadar) !

***

Mari kita sekedar melakukan evaluasi ……. seberapa sering kita berada di “saat ini di sini” ? Atau sebaliknya, seberapa sering kita justru berada di “masa lalu” atau justru di “masa datang” !

Sebagai ilustrasi, misalkan saya bersantai di sebuah kedai kopi, untuk sekedar menikmati “Double Expresso” ……! Lalu kemungkinan saya akan menikmati kopi tersebut sambil :

Pertama : Memikirkan masa depan saya yang tidak jelas, memikirkan bahwa saya belum memiliki simpanan yang cukup untuk bekal menyekolahkan anak saya di perguruan tinggi terbaik pada 6 tahun mendatang ! Atau mungkin dengan sedikit kreativitas, maka saya dengan mudah membayangkan bahwa 15 tahun lagi saya mungkin sudah tidak dapat lagi bekerja, dan tentu saja saya tidak memiliki pensiun, karena bahkan pekerjaan saya hari inipun jauh dari jelas ?

Kedua : Saya membayangkan, jika saja pada tahun 1996 atau tahun 2002 saya tidak melakukan kebodohan dalam bisnis, tentu kehidupan saya sudah sangat mendekati mimpi-mimpi di masa muda saya ? Atau lebih jauh lagi, saya berandai-andai jika dulu saya tidak berhenti bekerja dari perusahaan “X”, maka mungkin hari ini saya sudah menjadi CEO dengan berbagai fasilitas dan gaya hidup papan atas ?

He … he … yang manapun yang saya pilih …. sudah pasti “Double Expresso” yang seharusnya nikmat itu menjadi terkontaminasi dengan emosi negatif saya ……!

Kenapa saya tidak dapat menikmati “Double Expresso” tersebut dengan kesadaran “saat ini dan disini”, serta kesadaran bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk bernafas, diberikan sedikit uang untuk membeli “Double Expresso” tersebut ? Atau jika lebih kreatif lagi saya mungkin dapat menikmati bahwa saat ini saya adalah orang yang “bebas & merdeka” ala pak Marhaen ! Saya masih diberikan kesehatan yang sangat baik ? Saya memiliki keluarga yang lengkap, sepasang anak yang normal dan pintar ? Dan masih ribuan karunia luar biasa lainnya ??!

Kenapa saya justru memikirkan “masa datang” yang tidak pernah ada ?! Ya benar-benar tidak pernah ada ! Dia benar-benar hanya merupakan karya dari pikiran saya saat ini ! Bahkan faktanya saya tidak akan pernah benar-benar “mengetahui” apakah besok saya masih hidup ? Apakah lusa saya masih dapat bernafas ? Se-ekstrim apapun bayangan masa depan …. benar-benar hanyalah karya dari mahluk yang dinamakan “pikiran” ! Masa depan tidak pernah benar-benar ada, sampai dengan kita berada di sana !

Atau saya justru memikirkan “masa silam” yang benar-benar tidak akan pernah kembali bagaimanapun kita mengupayakannya ?

***

Bersambung di Halaman yang sama ………

By: Yan Nurindra

Ringkasan Artikel Sebelumnya :

C.R.A.F.T. merupakan salah satu teknik sederhana untuk merubah Self-Image sehingga mencapai tahap kompetensi tertinggi, yaitu “Tidak Sadar Mampu” atau “Sub-Conscious Competence”. C.R.A.F.T. merupakan akronim dari Cancel, Replace, Affirm, dan Training, dimana teknik ini walaupun sederhana, tetapi memiliki efektifitas yang bagus, dengan catatan bahwa Self-Image yang ingin dicapai benar-benar didukung oleh konsep dan pengertian yang baik.

***

Sebelum dilanjutkan dengan penjelasan detail dari CRAFT, maka terlebih dahulu kita akan “melompat” sejenak ke pembahasan mengenai pilar ke-3, yaitu : “Mindset & Life Style”. Kenapa ? Karena salah satu efektivitas CRAFT atau berbagai metode “programming” yang ada sebenarnya sangat tergantung dari seberapa “perlu” dan seberapa “mendesak” program tersebut bagi kita ? Jadi sekali lagi, seringkali yang salah bukanlah metode-nya, tetapi justru program-nya tidak memiliki relevansi yang “dekat” dengan kebutuhan kita !

Maksudnya ? Sebagai contoh, saya rasa kita semua sepakat bahwa “tekun” adalah salah satu sifat yang positif, yang pasti sangat berguna untuk situasi & kondisi apapun juga ! Tetapi mengapa kita semua tidak secara otomatis berusaha menjadikan “tekun” sebagai salah satu sifat dasar atau “Self-Image” kita ? Ya ! Karena tidak setiap kita secara langsung dapat menghubungkan “tekun” dengan hasil yang kita harapkan ! Meminjam istilah “NAC”, sifat “tidak tekun” tidak terhubung langsung dengan “kepedihan”, padahal pada umumnya kita sangat mudah terpacu jika sesuatu itu langsung terkait dengan “kepedihan” kita !

***

Sebagai contoh, secara umum pria Indonesia yang berumur sekitar 30 tahun secara “UnConscious” punya keinginan yang amat sangat kuat untuk memiliki rumah sendiri, dalam arti kata rumah yang dimiliki atas nama sendiri, soal bahwa itu adalah rumah via KPR dengan masa 40 tahun adalah soal nanti ! Kenapa ? Karena rumah adalah salah satu “lambang” penting bagi orang Indonesia. Mungkin ini salah satu efek akibat adanya istilah “rumah-tangga” dalam kultur bahasa Indonesia. Berjuta alasan dapat diungkapkan betapa perlunya “rumah” bagi orang Indonesia. Bahkan biarpun “nyelip” di ujung dunia, rasanya masih lebih “nyaman” dan “terhormat” dibandingkan tinggal di kawasan menteng, tetapi dalam status “kontrak” ?!

Dan uniknya, karena ini de-facto sudah menjadi suatu “keharusan”, maka “LoA” umumnya dapat bekerja mudahnya untuk urusan satu ini ! Mulai dari mendapat fasilitas pinjaman kantor untuk DP, sampai dengan ketemu iklan rumah dengan DP 0%, dll. Saya yakin bahwa para pembaca portal ini dapat menceritakan berbagai “kejaiban” saat mewujudkan sang “rumah” impian masing-masing !

Kenapa ? Mungkin status “tidak punya rumah” benar-benar terelasi dengan suatu “kepedihan” kultural & sosial bagi sebagian besar kita !

Tetapi anehnya, memiliki kendaraan dan deposito tetap saja sulit ? Kenapa ya ? Oleh karena itu, mungkin dapat kita usulkan saja untuk mengganti istilah “Rumah-Tangga” dengan “Rumah-Mobil-Deposito-Tangga”, sehingga “LoA”-pun dapat bekerja secara lebih mudah untuk itu ?!

Maaf, ilustrasi di atas bukan bermaksud men-generalisir, melainkan benar-benar hanya sebuah contoh yang mungkin sangat umum bagi kultur kita. Pesan moralnya adalah bahwa sesuatu yang telah menjelma menjadi “keharusan”, maka akan lebih mudah di-programkan ke diri kita !

***

Nah, kaitannya dengan Self-Image dan CRAFT apa ya ?

Kaitannya adalah bagaimana merancang Self-Image yang kira-kira bagus dan perlu, terutama untuk me-“LoA”, serta beraroma menjadi suatu “keharusan” bagi diri kita ? Karena jika sudah menjadi “keharusan”, maka tentunya programming-nya akan menjadi relatif lebih mudah ?!

Sekali lagi ini bukanlah sesuatu yang mudah ! Bahkan ini adalah salah satu “kunci” ! Oleh karena itu saya akan segera “melompat” sejenak untuk memaparkan pilar ke-3, agar kita dapat melakukan beberapa “reframing” yang bermanfaat untuk menyusun “Self-Image” yang dimaksud !

***

Pilar Ke-3 : Mindset & Lifestyle

Mindset & Lifestyle yang dimaksudkan disini adalah beberapa pola pikir dan gaya-hidup yang mungkin dapat dipertimbangkan dalam rangka untuk memasuki “gaya hidup LoA”.

Beberapa Mindset & Lifestyle berikut ini mungkin akan bersifat “overlapping”, karena sebenarnya menjelaskan teritori yang sama, akan tetapi dari sudut pandang yang berbeda !

Oke, kita mulai mengurai masing-masing dari Pilar Ke-3 ini.

***

Mindset & Life Style : “Awareness”

Agak sulit untuk menterjemahkan Awareness dalam Bahasa Indonesia, karena kata ini memiliki makna yang sangat dalam dari sekedar suatu “kesadaran”. Dalam bahasa jawa dan sunda terdapat istilah yang hampir mirip, yaitu “eling” ! Mungkin boleh kita anggap sementara ini “Awareness” adalah “Kesadaran Diri Setiap Saat” !

Saya pribadi menempatkan “Awareness” sebagai salah satu “kunci kesaktian” manusia yang amat sangat penting !

Pernahkah kita mendengar kalimat klasik semacam ini :

“Wah ….. kok tiba-tiba rambut gue jadi banyak ubannya nih !”
“Gile … gue sekarang kalau naik tangga ngos-ngosan !”

Aneh ya ? Hampir setiap hari kita bercermin, tetapi kok tiba-tiba baru hari ini sang “uban” baru terlihat ? Apakah sang “uban” ini tiba-tiba muncul ? Tentu tidak ! Apakah mungkin cerminnya rusak, sehingga baru dapat menampilkan sang “uban” hari ini ? Tentu juga tidak ! Lah terus gimana ? Faktanya baru hari ini kita “tersadarkan” bahwa rambut kita mulai ber-uban ?

Ya ini adalah penjelasan sederhana mengenai “Awareness” ! Pada dasarnya tidak ada satupun yang berlangsung tiba-tiba dalam diri kita atau dalam hidup kita ! Menjadi tua, menjadi sakit, menjadi miskin, menjadi kaya, semuanya tidak pernah berlangsung “tiba-tiba” ! Semuanya berlangsung secara “kontinyu” …. tetapi kita sering membuatnya menjadi “garis putus-putus” dengan tidak bekerjanya “awareness” secara sempurna !

***

Pernahkah kita “aware” terhadap perubahan yang terjadi di setiap milimeter persegi tubuh kita pada setiap pagi ketika kita mandi ? Jangan-jangan kita di suatu hari nanti terkaget-kaget … “Loh kok perut saya sekarang jadi buncit ?”.

Pernahkah kita “aware” berapa lembar rambut kita yang rontok atau berubah warna setiap kali kita bercermin ? Jangan-jangan kita di suatu hari nanti terkaget-kaget … “Loh kok saya sudah botak ya ?”.

Pernahkan kita “aware” terhadap gerakan emosi kita sendiri ketika kita mengalami “kejadian baik” maupun “kejadian buruk” ? Jangan-jangan suatu hari ini kita mengatakan : “Saya kok sekarang gampang sedih ya ? Padahal dulu selagi muda saya adalah orang yang periang !”.

Pernahkan kita “aware” bagaimana kisah sukses dan gagal tercipta dalam setiap hari kehidupan kita ? Jangan-jangan kita suatu hari merenungi dan berkata “Sekarang kok saya sial melulu ya ? Padahal dulu saya selalu memperoleh apa yang saya inginkan !”

Pernahkan kita “aware” seberapa penurunan yang terjadi pada kemampuan kita berjalan kaki setiap hari ? Jangan-jangan kita suatu hari merenungi dan berkata “Sekarang kok saya jalan kaki 1 jam saja lutut saya sudah gemetar ya ?”

***

Awareness membuat kita tidak pernah “kehilangan” apapun juga ! Sebaliknya “kehilangan” adalah pertanda bahwa kita lepas dari “kontinuitas” hidup kita sendiri akibat tidak ada atau berkurangnya “Awareness” !

Pernahkah kita “aware” terhadap makanan yang kita santap di suatu siang hari dalam hidup kita ? Apakah kita “aware” bahwa ada petani yang telah bersusah payah untuk menanam padi untuk nasi yang kita makan ? Bahwa ada pedagang sayuran keliling yang telah berjasa untuk mendistribusikan sayuran yang sekarang kita santap ? Bahwa ada seekor ikan yang dikorbankan hidupnya agar menjadi lauk kita ?

Awareness adalah kesadaran setiap saat di segenap aspek kehidupan yang kita jalani ! Awareness akan membimbing kita untuk menyadari apa yang kita miliki ! Awareness akan membimbing kita untuk memelihara yang kita miliki ! Bahkan Awareness dapat membimbing kita untuk dapat memiliki apa-apa yang kini belum kita miliki ! Dan yang jelas …. Awareness akan membimbing ke rasa syukur ! Dan rasa syukur akan menarik rasa syukur yang lebih besar lagi ! The Law of Attraction !

***

Hukum Ketertarikan telah dan selalu bekerja ! Tetapi hanya dengan “Awareness” kita dapat membaca “keajaiban” yang ditunjukkan oleh alam semesta bagi kita !

Jadi ….. apakah “Awareness” cukup pantas untuk kita jadikan sebagai salah satu “keharusan” bagi diri kita ?

Misal dengan menjadikannya sebagai salah satu program bagi “Self-Image” kita :

“Saya adalah pribadi yang sangat sadar dalam setiap detik kehidupan saya ?”
“Saya selalu hadir dalam setiap detik kehidupan saya !”

***

Latihan Awareness :

Perlambat sedikit gerakan kita !
Rasakan setiap detail saat kita mandi, mengenakan baju, bahkan mengenakan tali sepatu !
Rasakan setiap detail pergerakan emosi dalam kegiatan sehari-hari !
Nikmati makan siang dengan sepenuh hati !
Amati siapakah orang yang kita cintai dan siapa pula orang yang kita benci, dan apa yang menyebabkan mereka menjadi orang yang kita cintai dan orang yang kita benci ?
Hayati apakah kita kaya atau miskin, dan apa yang menyebabkan kita merasa kaya atau merasa miskin ?

Bersambung …..

By: Yan Nurindra
Basic Technique Untuk Merubah Self Image

Pada saat ini, ketika “pemberdayaan diri” telah menjadi “bagian hidup” manusia moderen, maka kita dapat mempelajari berbagai teknik untuk melakukan “Programming” dan “De-Programming”, beberapa yang telah dianggap sebagai teknik “de-facto” adalah teknik yang dikembangkan oleh NLP dan Hypnosis.

Sekali lagi saya sangat yakin di portal ini penuh dengan para pakar yang menguasai kedua hal tersebut. Oleh karena itu sebagai wacana tambahan, saya akan perkenalkan teknik yang sangat sederhana yang berasal dari Psychocybernetic, dimana dalam teknik inipun dapat diterapkan juga jurus-jurus NLP dan Hypnosis !

Tetapi sebelum kita membahas teknik sederhana ini, ada baiknya kita merenungkan Self-Image semacam apakah yang paling ideal untuk kita “implant”-kan ke diri kita ? Ini terkait dengan pertanyaan dari Mas Bobby pada artikel sebelum ini.

Pertanyaan ini sangat cerdas dan mendasar ! Karena tidak mudah untuk menjawabnya, bahkan kita akan membahas hal ini lebih jauh lagi di bagian “Mindset & Lifestyle”, karena “jangan-jangan” kita perlu “berhari-hari” untuk mendisain “Self-Image” ideal kita sendiri !

Disain Self-Image terkait dengan Visi & Misi kehidupan kita, atau cita-cita dan keinginan kita, yang tentu sangat berbeda untuk setiap orang, setiap profesi, setiap tingkat pengalaman & pemahaman, dan masih banyak parameter lainnya !

***

Sebagai contoh sederhana …. Jika anda menanyakan apa yang paling diinginkan oleh seorang Mahasiswa yang baru di-wisuda ? Maka hampir dapat dipastikan bahwa jawabannya adalah sekitar “mendapat pekerjaan yang baik” dan “memperoleh gaji besar” ! Ya ! Karena lambang-lambang inilah yang umumnya ada dalam “cipta” dan “karsa” pada tingkatan tersebut !

Jangan mencoba untuk menyatakan : “Apakah anda tidak ingin mencapai kedamaian ?” …… karena bagi mereka yang berusia 25 tahun mungkin belum “memahami” arti dari “kedamaian” ….. mungkin malahan bagi mereka ini ….. jika memiliki banyak uang …. bisa mentraktir sana-sini …. mungkin itu akan sama dengan “damai” ????

Jadi mungkin Self-Image yang perlu dan tepat bagi para wisudawan baru …. adalah “Saya adalah profesional yang sangat cemerlang !” atau “Saya adalah eksekutif muda, pujaan setiap wanita !”.

Ini bukannya men-“generalisasi” …. Tetapi hanya sekedar suatu ilustrasi …. bahwa Self-Image terkait dengan keinginan, dan keinginan terkait dengan tahapan kehidupan !

***

Kedamaian ?? Apaan tuh ? Yang paling paham “damai” itu apa ? Mungkin salah satu-nya adalah saya ! Loh sombong amat ? Bukan …. sama sekali bukan …… tetapi karena sekian belas tahun dalam hidup saya sangat penuh dengan “kesulitan” …. “dikejar hutang” …. “bersaing dengan kolega” ….. “takut dengan masa depan” ……. dan “1001 problema hidup” lainnya ! Jadi saya jadi sangat paham artinya “damai” …….!

Bagi saya …. damai itu salah satunya adalah bisa makan singkong goreng sambil ngopi, tanpa khawatir telpon berbunyi karena ada Debt Collector menagih Kartu Kredit ! Damai yang lain adalah ketika saya bisa “tidur sangat nyenyak”, sejenak melupakan bahwa anak saya tahun ini harus masuk SMP dan uang pangkal masuk SMP yang “agak berkualitas” sekarang ini adalah nyaris 500 kali lipat dari uang SPP saya per-semester ketika kuliah di Surabaya dulu !

Saya sangat paham artinya “tidak damai” …. karena pada tahun 2002 saya pernah membuat suatu perusahaan yang bergerak di bidang Forex, dan hampir setahun lamanya …. bahkan dalam mimpi-mimpi saya-pun yang keluar adalah lambang-lambang USD/JPY, GBP/CHF, CAD/AUD ????? Mungkin kalau saya direkam saat “mengigau” pasti suaranya adalah : “Hoi ….. ayo .. Buy … Sell ….. Order … Hedging ….. ayo cepet taruh 15 lot …… ya … kalah lagi …. gimana sih ?!”

Jadi percayalah …. jika anda juga punya sejarah hidup yang sama “rungsep”-nya seperti saya …., maka sebetulnya anda termasuk orang yang “beruntung” seperti saya juga ….. karena mungkin programming “Saya selalu mengalami kedamaian” adalah sesuatu yang benar-benar dapat kita rasakan .. benar-benar kita inginkan ……. bahkan mungkin melebihi orang lain ……! Dapet banget rasanya gituu boooo …..!

***

Nah dari uraian di atas, maka silakan anda definisikan sendiri “hal-hal apakah” yang benar-benar-benar-benar anda inginkan dalam hidup ini ?? Apakah Visi dan Misi anda ? Silakan transformasikan dalam bentuk sesuatu yang bisa diprogramkan bagi “Self-Image” ! Tetapi jika anda masih bingung …. ya mungkin kita dapat memprogram Self-Image yang umum dan global dulu alias “core”, karena bagaimanapun juga ini akan menjadi “infrastruktur” bagi programming lainnya.

Misal : “Saya selalu dikarunai kemudahan dalam segala hal !” lah … kan umum dan cukup oke kan ? Atau : “Seluruh kebutuhan dan keinginan saya selalu terpenuhi dengan cara yang sangat mudah !” oke juga kan ? Be Creative …..!

***

Metode C.R.A.F.T.

Ini adalah salah satu metode Self-Image Programming yang diperkenalkan oleh teknik Psychocybernetic.

CRAFT adalah suatu sequence 5 langkah atau 5 hal yang dilakukan terus menerus sampai dengan tercapai kompetensi, artinya Self-Image tersebut sudah ter-implant dengan permanen, sudah masuk dalam kategori kompetensi tertinggi, yaitu “tidak sadar bahwa mampu” atau “tidak sadar bahwa sudah memiliki Self-Image baru” !

C = Cancel, R = Replace, A = Affirmation, F = Focus, T = Train.

Jadi misalkan kita ingin memasukkan “Self-Image”, yaitu “Saya adalah pribadi yang sehat !” (maksudnya fisiknya sehat), maka :

C = Cancel

Sejak itu awasilah segenap ucapan, pemikiran, self-talk kita ! Dan jika kita “kebetulan” berucap yang “bertentangan dengan program kita” misal : “Aaaah …. hari ini badan gue sakit banget ….!” atau misal hanya suatu self-talk atau sikap bathin : “Habis mandi air dingin … kok badan agak meriang ya ? Mau sakit nih kali ?”

Nah ! Segera lakukan “Cancellation”, segera ucapkan “batal … batal …. Batal …. nggak jadi ….!”. Walaupun terkesan “main-main”, tetapi sebenarnya kita tengah bermain dengan “awareness” yang luar biasa, bahkan kita dengan sangat sadar membatalkannya agar tidak di-record oleh Sang “Pikiran Bawah Sadar” !

R = Replace

Setelah melakukan pembatalan, segera ucapkan kalimat pengganti (Replace), misal : “Saya dikaruniai Tuhan fisik yang sangat sehat dan sempurna !” atau “Gue sangat sehat-sehat …. hat …. hat …. sehat abiissss !” terserah versi mana yang paling “menyentuh” bathin kita !

A = Affirmation

Sering-seringlah mengucapkan afirmasi yang bertema “sehat”, juga boleh kita mengkoleksi gambar-gambar atau lambang-lambang yang berkaitan dengan “sehat”, karena ini adalah upaya efektif untuk meng-edukasi Pikiran Bawah Sadar yang notabene adalah mahluk lambang atau citra (image) !

F = Focus

Luangkan waktu sekali sehari untuk “Focus”, yaitu melakukan Visualisasi Kreatif, Self-Programming, Self Hypnosis, atau apapun itu. Yang penting kita dapat memasuki teater imajinatif untuk “menghidupkan” apa yang kita inginkan !

T = Train

Entah faktanya kita sudah sehat atau belum sehat ? Tidak penting ! Pada tahapan ini kita “wajib” untuk “bergaya” bahwa seakan-akan kita sudah benar-benar menjadi pribadi yang sehat ! Fisiologis kita harus dibuat sedemikian rupa, sehingga kita “tampak” sehat ! Ini NLP banget ya ! Pada tahapan ini kita “in action” untuk men-“Training” diri kita sendiri !

***

Nah, C.R.A.F.T. ini harus anda lakukan dengan “awareness” yang sangat tinggi ! Untuk itu nanti di bagian “Mindset & Lifestyle” saya akan bahas khusus apakah yang dimaksudkan dengan “Awareness” dalam konteks “LoA” versi saya !

Setiap tema programming membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk mencapai “kompetensi”, tetapi secara umum untuk programming yang moderat, dibutuhkan waktu sekitar 6 minggu untuk mencapai kompetensi ! Dan saat itulah “Servomechanism” anda siap bergerak tanpa dapat dibendung …. untuk membawa anda ke sasaran !! “LoA” dalam konteks tema tersebut akan mulai bekerja untuk anda !

***

Mungkin untuk saat ini metode C.R.A.F.T di atas masih terlalu “global” ya ? Masih belum begitu detail ya ? Oke …. pada artikel berikutnya saya akan mencoba membahas secara lebih detail beserta contoh-contoh dalam kehidupan nyata !

Bersambung …….

By: Yan Nurindra

3 Pilar Dasar

Ketika konsep “LoA” sudah dapat kita terima, maka kini kita mulai dapat memasuki “perjalanan panjang yang indah”, yaitu menumbuhkan kompetensi di berbagai hal dalam diri kita, mulai dari “habitual” “mindset” atau apapun yang diperlukan, agar “LoA” dapat “bekerja” untuk kita ! (Baca : sesuai dengan keinginan kita).

***

Menurut pemahaman dan pengalaman saya, beserta pengalaman dari berbagai pihak yang merasa terbantu dengan prinsip “LoA” (catatan : Saya banyak menangani Client yang khusus ingin di-treatment untuk memasuki gaya hidup “LoA”), akhirnya saya mencoba memberanikan diri untuk menyusun pilar dasar yang diperlukan untuk me-“LoA”, dan saya berharap hal ini dapat memperkaya para pembaca, yang saya yakin sudah sangat banyak yang “canggih” dalam menerapkan “LoA”. Pilar dasar ini ada 3 buah, yaitu : (1). New Paradigm (2). Basic Technique (3). Mindset & Lifesyle.

Saya coba meng-analogikan dengan :

Misalkan ada suatu pendapat, yaitu bahwa dari sebatang pohon yang sangat besar, katanya dapat dibuat berbagai macam furniture dan handycraft yang indah dan berseni. Nah ini saya sebut sebagai “New Paradigm”, yaitu suatu konsep dasar atau semacam presupposition yang dapat kita jadikan sebagai “pegangan” untuk mengetahui apa saja yang mungkin kita capai !

Tetapi konsep dasar ini tidak serta merta akan melahirkan berbagai furniture atau handycraft yang indah. Kita membutuhkan keterampilan dasar, misal : menggergaji, memahat, memaku, mengukir, mengecat, dsb. Ini saya sebut dengan “Basic Technique”, atau semacam infrastruktur.

Selanjutnya untuk mewujudkan furniture dan handycraft yang dimaksud, kita masih harus memiliki berbagai hal, yaitu antara lain : semangat, kesabaran, ketelitian, selera seni, bahkan kita perlu mengembangkan kesehatan dan kebugaran agar kita dapat menggergaji pohon besar tersebut. Tanpa kekuatan dan semangat, mustahil kita dapat menggergaji pohon tersebut. Tanpa ketelitian dan kesabaran, mustahil rasanya kita mengukir sebongkah kayu sehingga menjelma menjadi handycraft yang indah ! Ini saya sebut sebagai “Mindset & Lifestyle”.

Nah, mungkin analogi di atas tidaklah terlalu tepat, akan tetapi saya mencoba untuk menggambarkan perlunya langkah yang bersifat “holistik” dalam segenap hal, termasuk saat kita meng-implementasikan gaya hidup “LoA” ! Ingat kita hidup di dunia yang sangat riel, dimana tangan masih terasa sakit jika dicubit, dan perut tetap merasa lapar jika tidak diisi, juga kita masih sering “kesal” jika terjebak macet di jalan tol !

***

3 Pilar Dasar :

New Paradigm

Pahami dengan baik “paradigma baru” “LoA” yang memandang alam semesta dengan cara yang sedikit berbeda ini. Pastikan bahwa kita tidak memiliki “konflik bathin” terhadap paradigma ini. Jika kita merasa “tidak pas” dengan Paradigma “LoA”, maka tinggalkan dan pilihlah paradigma lain yang lebih dapat memberdayakan kita !

Basic Technique

Untuk mencapai kompetensi “LoA”, akan “amat sangat banyak” proses programming maupun de-programming yang ditujukan untuk merubah “Belief System” dan “Self Image” kita, juga untuk programming berbagai keinginan-keinginan kita (materialisasi), serta untuk memasukkan berbagai mindset baru yang diperlukan. Untuk hal ini silakan pergunakan berbagai teknik pemberdayaan diri yang paling sesuai dan efektif untuk kita, mulai NLP, Hypnosis, Psychocybernetic, atau apapun juga ! Label tidak lagi penting, yang lebih diperlukan adalah efektivitasnya !

Mindset & Lifestyle

“LoA” merupakan paradigma dasar yang dapat dianalogikan seperti halnya “Undang-Undang Dasar”. Untuk membuatnya dapat bekerja dalam tataran kehidupan riel, maka akan sangat banyak “peratuan-peraturan” yang harus dibuat berdasarkan “pokok-pokok pikiran” yang berasal dari “Undang-Undang Dasar” tersebut, dengan prinsip bahwa “peraturan-peraturan” harus mendukung dan tidak boleh bertentangan dengan induknya !

Untuk mempercepat kompetensi agar “LoA” dapat bekerja sesuai dengan keinginan kita, maka mungkin akan sangat banyak Mindset yang harus diubah, dan juga amat sangat banyak “gaya hidup” atau “Lifestyle” yang harus diubah pula !

***

Baiklah kita mulai memasuki detail untuk “memasuki kompetensi” ! Saya tidak akan membahas pilar pertama, karena ini sudah kita sepakati bersama di artikel-artikel awal. Saya akan memulainya dengan Pilar yang kedua, yaitu : Basic Technique.

Basic Technique

Disebut sebagai teknik yang sangat mendasar, karena dengan teknik inilah kita akan melakukan “programming” atau “de-programming” terhadap diri kita. Silakan pilih berbagai teknik yang paling sesuai bagi kita, dan saya yakin disini banyak para pakar yang akan berbaik hati untuk membagikan tips dalam melakukan “programming” dan “de-programming” melalui teknik NLP.

Yang lebih terpenting lagi adalah kita benar-benar memahami dan meyakini apa hal-hal mendasar yang perlu kita “programming” atau kita “de-programming” terlebih dahulu !

Sebagai contoh :

Apakah mungkin kita dapat mewujudkan keinginan : “memiliki mobil Honda Jazz berwarna silver pada akhir tahun 2008.” ????

Jika ternyata “Self-Image” kita masih berisikan program lama, yaitu : “Saya selalu gagal dalam mencapai cita-cita saya !”

Apakah mungkin kita dapat mewujudkan keinginan : “menjadi motivator terkenal Indonesia di akhir tahun 2009”. ???

Jika ternyata “Self-Image” kita masih berisikan program lama, yaitu : “Saya tidak pernah mampu berkomunikasi dengan baik di depan publik !”

Apakah mungkin kita dapat mewujudkan keinginan : “memiliki bisnis sendiri yang dapat menghasilkan nett-income Rp. 5 Juta per-bulan sejak Maret 2009”. ???

Jika ternyata “Self-Image” kita masih berisikan program lama, yaitu : “Saya tidak mungkin dapat berbisnis karena keluarga saya dari 3 generasi semuanya adalah pegawai !”

***

Dari ilustrasi di atas, semoga dapat diperoleh gambaran bahwa seringkali suatu “penciptaan” tidak berhasil hanya dikarenakan tidak memiliki “pijakan” yang cukup stabil !

Loh …. Kalau perlu “pijakan” untuk apa ribut-ribut dengan konsep “LoA” dong ? “LoA” kan di-disain untuk menghasilkan “kejaiban” tanpa sebab ??

Ya, disinilah salah satu catatan perbedaan “LoA” dalam versi saya ! Saya tidak pernah percaya adanya “keajaiban” di alam semesta ini ! Saya lebih mempercayai bahwa semuanya benar-benar akan tunduk dengan “hukum alam semesta”, termasuk hal yang kita anggap “ajaib” sekalipun ! Menurut saya, keajaiban sesungguhnya dari prinsip “LoA” adalah bahwa kita akan mengalami “percepatan” yang luar biasa ketika kita benar-benar menghayati hukum ini ! Ingat “percepatan” adalah sangat berbeda dengan “pengecualian” atau “pelanggaran” ! Percepatan lebih bermakna “lebih cepat memasuki kompetensi untuk selaras dengan hukum alam semesta” !

Memang sih, dalam menerapkan prinsip “LoA” sebagai “gaya hidup” sejak tahun 2003, saya juga cukup sering mengalami kejadian-kejadian “ajaib”, tetapi akhirnya saya pikir lebih positif jika dijadikan saja sebagai “katalis” untuk lebih memasuki penghayatan “LoA”, karena dengan istilah “ajaib”, berarti tetap masih berada “diluar kompetensi saya” alias tidak dijamin bisa diulangi secara tepat ! Seharusnya kita justru dapat me-model hal-hal semacam ini untuk menambah “percepatan” !

Mas Ronny FR pernah menjelaskan kepada saya soal “modelling” (sambil ngobrol soal “onta” dengan Kang Asep), bahwa ada 3 hal kunci dalam modelling, yang singkatnya kira-kira dalam “LoA” ini kita harus menduplikasi “state” saat “melontarkan” materilisasi, belief yang ada, strategi yang diterapkan, sampai ke fisiologi-nya, nah ini semua yang akan mengantarkan kita ke “kompetensi”, alias mampu mengulang-ulang “keajaiban” ! (Bener nggak ya ? Soalnya kuliah-nya Mas Ronny di jam 18.00 tapi satuan waktu Eropa .. he he ..)

***

Dari uraian di atas, maka salah satu obyek penting yang harus dilakukan “Programming” dan “De-Programming” adalah “Self Image”, sebelum kita mem-program berbagai keinginan atau cita-cita besar kita !

SELF IMAGE

Self Image atau “Citra Diri” sama sekali bukanlah realita diri kita sendiri, melainkan hanyalah “cara kita memandang dan menilai diri kita sendiri” ! “A Map is Not The Terittory” !

Self Image acapkali bersifat sangat halus, dan tidak tampak, alias bekerja di tingkat UnConscious. Terkadang kita perlu memasuki “keheningan” terlebih dahulu agar kita dapat “menemukan” Self-Image ini ! Diperlukan “kejujuran” dan lepasnya sang “Ego” untuk “melihat” Self-Image kita sendiri secara benar !

Self Image mirip dengan “selubung” atau “filter pemikiran” yang membungkus diri kita, dimana setiap pemikiran yang “tidak sesuai” dengan “Self Image” ini akan segera “dimatikan”, sedangkan pemikiran yang “sesuai” dengan “Self Image” ini akan “hidup” dan semakin diperkuat !

Contoh :

Ketika kita memiliki “Self Image” : “Saya orang yang tidak menarik !”

Saat kita mencoba berpikir : “Saya di pesta nanti pasti banyak menemukan teman baru !”, maka “Self Image” akan segera “membunuh” pikiran ini, dengan self-talk misalnya : “Ah kamu hanya bermimpi …. orang-orang hanya ingin berkenalan dengan orang yang menarik …. bukan orang seperti kamu yang tidak menarik sama sekali !”.

Tetapi saat kita mencoba berpikir : “Saya di pesta nanti …. pasti seperti biasa .. akan diacuhkan orang ….”, maka “Self Image” akan segera “memperkuat” pikiran ini, dengan self-talk misalnya : “ya .. kamu harus berusaha menahan emosi dan bersabar ….. inilah resiko bagi pribadi yang tidak menarik seperti kamu !”.

Semoga dari ilustrasi yang sederhana ini, kita dapat mulai melakukan “introspeksi diri”, manakah kiranya hal-hal mendasar yang terdapat di dalam “Self-Image” kita yang kiranya sangat tidak mendukung untuk mencapai “kompetensi gaya hidup LoA” ?

Berikut ini beberapa “program” yang kiranya cukup baik dan bersifat umum yang dapat kita masukkan sebagai “infrastruktur LoA” di “Self-Image” kita, sebelum kita menanamkan program-program besar lainnya :

“Tuhan memberikan saya kesempurnaan.”
“Tuhan selalu menuntun saya untuk menemukan kesempurnaan hukum semesta”
“Saya selalu dikaruniai Tuhan YME kemakmuran yang melimpah-ruah”.
“Saya selalu bersyukur terhadap kehidupan”
“Saya berhak untuk meraih kesuksesan”
“Seluruh pikiran, ucapan, dan tindakan saya, selalu membawa saya kepada keberlimpahan”
“Seluruh kebutuhan dan keinginan saya selalu terpenuhi dengan cara yang sangat mudah”
“Saya adalah pribadi yang menarik”
“Saya adalah magnet keberlimpahan”
“Saya adalah pribadi yang cerdas, tangguh, dan bijaksana”

Walaupun contoh-contoh di atas tidak besifat spesifik, akan tetapi jika kita cukup jeli, maka kita tetap dapat menyelaraskannya dengan prinsip : “Well-Formed Outcome” dari NLP, yaitu dengan membuat “target waktu” kapan kiranya program-program ini dapat menjadi “Self-Image” kita atau telah mencapai “kompetensi” dalam pola-pikir bathin kita ? Untuk urusan ini anda boleh “menodong” mas Ronny FR atau mbak Issa Kumalasari untuk meng-convert-nya menjadi “Outcome” sehingga berbagai presupposition ala “LoA” ini dapat ter-install secara permanen dalam diri kita, sehingga dapat menjadi infrastruktur bagi program-program berikutnya !

***

Ok artikel berikutnya akan menyajikan suatu teknik sederhana untuk merubah “Self-Image”

Bersambung ……

Servomechanism & Kompetensi

Ringkasan artikel lalu :

Pada akhirnya seluruh yang kita peroleh atau kita dapatkan lebih dikarenakan “kecenderungan-kecenderungan” yang telah melekat dan telah menjadi “pola permanen”, atau disebut dengan “Servomechanism”.

Sehingga fokus kita kini relatif lebih menyempit, yaitu bagaimana “menciptakan” Servomechanism yang “memberdayakan”, dalam arti dapat menciptakan gerakan-gerakan yang membawa kita ke berbagai obsesi dan tujuan dalam kehidupan kita.

***

Membentuk Servomechanism

Sayangnya Servomechanism bukanlah sekedar “buah” dari “keinginan”, jadi tidak penting lagi apa keinginan kita, karena “gerakan sesungguhnya” telah dibentuk oleh Servomechanism ini. Setiap orang pasti ingin “sehat”, tetapi yang seringkali terjadi justru Servomechanism menuju ke wilayah “sakit” ?! Mengapa ? Kenapa ? Ada apa ?

Servomechanism adalah representasi dari vektor atau semacam resultan dari vektor-vektor kesadaran kita, yaitu : Conscious Mind, UnConscious Mind, dan Super-Conscious Mind. Keinginan hanyalah salah satu dari kesadaran kita yaitu Conscious Mind, akan tetapi kekuatan sesungguhnya terletak di UnConscious Mind dan Super-Conscious Mind.

Dalam kalimat yang lebih mudah, Servomechanism sebenarnya merupakan representasi dari “sesuatu” yang telah menjadi “milik” kita, yaitu “Belief System” dan “Self Image”. Baik “Belief System” maupun “Self Image” keduanya merupakan istilah yang menggambarkan “sistem keyakinan” kita. Akan tetapi “Self Image” atau “Citra Diri” lebih menggambarkan “penilaian atau gambaran kita terhadap diri kita sendiri” dan bukannya “diri kita sebenarnya”, identik dengan “The Map is not The Territory” dan “Everyone Lives in Their Own Unique Model of The World” !

***

Dari penjelasan di atas, maka satu-satunya cara untuk memperoleh “Servomechanism Sukses” adalah dengan membentuk terlebih dahulu “Belief System & Self Image Sukses” ! Atau dengan kata lain “sukses” merupakan sesuatu yang telah menjadi “kompetensi” dalam diri kita !

Loh kok jadi kompetensi ? Ya, karena segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita tidak lebih adalah buah dari kompetensi yang kita miliki !

Mereka yang “gampang sakit” pasti karena mereka memiliki “kompetensi tinggi” di bidang “sakit” ! Mereka yang mudah “menjadi kaya raya”, juga pasti memiliki “kompetensi tinggi” di area itu ! Mereka yang mudah sekali “tertimpa sial”, juga karena telah demikian “kompeten” !

Jadi secara sederhana urutannya menjadi :

“Self Image & Belief System” menghasilkan “Kompetensi” menghasilkan “Servomechanism” menghasilkan “Hasil”.

***

Apa sih kompetensi ?

Saya yakin, kita semua para “pembelajar NLP” pasti ingat mengenai “tahapan pembelajaran” manusia yang dibagi atas 4 tahapan kompetensi, dimana dalam definisi baku-nya adalah :

Tahap 1 : Tidak sadar bahwa tidak mampu
Tahap 2 : Sadar bahwa tidak mampu
Tahap 3 : Sadar bahwa mampu
Tahap 4 : Tidak sadar bahwa mampu

Nah kompetensi yang dimaksudkan di pembahasan di atas adalah kompetensi yang telah mencapai Tahap 4, karena kompetensi pada tahap inilah yang membentuk “Servomechanism” yang dimaksud !

Sebagai ilustrasi :

Makan ! Saya yakin bahwa kita seluruh pembaca portal ini pasti “tidak pernah terpikirkan” bahwa besok kita semua mampu “mengadakan” atau “membeli” makan atau tidak ? Dan yang luar biasa bahwa tanpa “sempat berpikir”-pun kita semua besok “hampir dipastikan” akan makan seperti biasanya ! Nah, ini yang disebut dengan “kompetensi” pada tahap yang tertinggi (Tahap 4) !

Maaf, di luar sana, masih sangat banyak saudara kita yang benar-benar harus “secara sadar mengusahakan” makan tersebut agar mereka dapat benar-benar makan ! (Kompetensi Tahap 3). Atau bahkan ada yang benar-benar sudah menyadari bahwa dengan cara apapun mereka besok tidak akan dapat menikmati “makanan” (Kompetensi Tahap 2).

Ilustrasi lain :

Tetapi apakah sebagian besar kita tetap dalam “Kompetensi Tahap 4” ketika kita diminta untuk “menghasilkan” uang sejumlah 1 Milyar dalam waktu 3 hari ?

Lalu apakah perbedaan kompetensi antara “besok makan” dan “ 1 Milyar dalam 3 hari” ? Di lain pihak kitapun meyakini bahwa bagi “Tuhan YME” dan “Alam Semesta” tidak bedanya antara permintaan “besok makan” dan “1 Milyar dalam 3 hari” ! Silakan merenungi ! Ini benar-benar hanya soal kompetensi !

***

Jadi ….. gaya hidup “LoA” adalah soal mengembangkan diri untuk menjadi “kompeten pada tahap tertinggi”, misal “kompetensi untuk menarik keberlimpahan” !

Jadi …… gaya hidup “LoA” adalah soal melenyapkan “kompetensi-kompetensi tahap tertinggi yang bersifat tidak memberdayakan” yang telah menjadi “Belief System & Self Image” kita semua !

Jadi …… gaya hidup “LoA” adalah “hal yang wajar-wajar” saja, dimana untuk ini NLP, Hypnosis, Psychocybernetic, dll. dapat berperan dengan sangat besar untuk “merubah” isi dari “Belief System & Self Image” agar membentuk “kompetensi tertinggi yang bersifat positif” !

Dan, percayalah …. Inilah “kejaiban” sesungguhnya dari “LoA” ! Kompetensi akan “menarik” apapun juga ! Dan saat inilah “The Law of Attraction” akan benar-benar bekerja secara nyata !

***

Lalu kita memulainya dari mana …??
Kita bahas di artikel berikutnya …..

Bersambung ……….

By: Yan Nurindra Category:

Servomechanism

Mari kita lanjut perbincangan mengenai “LoA”, dimana khusus untuk pembahasan “LoA” ini saya memang bertujuan “menyuguhkan”-nya melalui sudut pandang yang berbeda, yang mudah-mudahan dapat “memperkaya” siapapun para peminat teori “LoA”.

Konsep terpenting dari “LoA” adalah “Hukum Ketertarikan” atau “Tarik Menarik”, dan kini saya akan mencoba membahasnya berdasarkan sudut pandang Psychocybernetic-nya Dr. Maxwell.

***

Jika kita coba mengamati dengan seksama, maka pada umumnya “perilaku” kita maupun “apa yang kita sering dapatkan dan temui” biasanya merupakan suatu “pola” atau membentuk suatu “pola kecenderungan”, dan pola ini jika tidak di-intervensi atau mengalami “konversi ekstrim”, maka pola ini cenderung semakin “mapan” dan “semakin kuat”.

Orang yang sering bangun “kesiangan”, maka akan cenderung untuk selalu bangun “kesiangan” dan bilamana sudah menjadi pola permanen, bahkan menjadi sangat “ajaib”, karena perilaku ini benar-benar menemukan “cara”-nya sendiri untuk membuat “kesiangan” ini terjadi.

Orang yang gampang sekali memperoleh “hutang”, pasti disebabkan ia telah melakukannya secara berulang-kali sejak lama, sehingga seakan-akan alam semesta akan mengatakan “ya … dia pantas dan harus diberi hutang” setiap kali ia mengajukan pinjaman. Ini bukan persoalan “baik” atau “buruk”, karena konglomerat pengemplang BLBI-pun pasti sudah memiliki pola ini sejak lama, dan pola ini bertambah kuat dan permanen, sehingga mereka-pun menjadi sangat “sakti” untuk “diberikan hutang” lagi, bahkan pada saat mereka sangat terpuruk sekalipun !

Bagi mereka yang “tidak pernah berhutang”, percayalah mereka ini tetap akan sulit untuk memperoleh pinjaman, bahkan ketika mereka memerlukannya untuk urusan “hidup dan mati” ! Tidak adil ya ?!

Demikian juga mereka yang hidupnya selalu dirundung “penderitaan” dan “sial”, maka percayalah ini telah menjadi “skill” yang sangat terlatih bagi mereka, walaupun pasti mereka tidak menginginkannya !

Tentu saja mereka yang hidup “berkelimpahan” juga ternyata telah memelihara “skill” dan “kecenderungan” ini sejak lama, walaupun dengan “kualitas” dan “kuantitas” yang mungkin berbeda.

Hati-hati jika anda ternyata memiliki kecenderungan untuk “bekerja sangat keras” ! Anda akan “ditarik oleh alam semesta” untuk selalu “bekerja keras” ! Renungkanlah kembali, apakah anda memang menggemari “kerja keras”, atau sebenarnya anda bekerja keras dengan tujuan untuk memperoleh keberlimpahan ? Tetapi jika anda memang benar-benar hobi “bekerja keras”, ya tentu bukanlah suatu masalah !

Mereka yang sering “jatuh sakit”, ternyata telah memiliki “bakat” ini sejak lama, dimulai dengan “sakit-sakit ringan” sampai di kemudian hari mereka menjadi lebih “terlatih” untuk sakit “lebih berat” !

***

Ternyata jika kita amati dengan seksama, semua hal yang kita peroleh dan alami, merupakan bentuk dari suatu “kecenderungan” yang semakin hari semakin kuat !

Inilah yang disebut sebagai “Servomechanism” !

***

Servomechanism atau “mekanisme servo” dapat dijelaskan dengan analogi “penembakan peluru kendali” ! Peluru kendali ditembakkan ke sasaran “nun jauh disana” dengan pengaturan koordinat target yang di-set melalui komputer. Ketika peluru kendali meluncur, maka ia akan bergerak dengan pola gerakan “lurus”, tetapi setiap beberapa mili-detik ia akan “dibelokkan” arahnya oleh pemandu yang telah di-set melalui komputer, dan seterusnya arah ini akan selalu di-“revisi”, dan akhirnya “Blaaaaaar ….!” sasaran-pun diketemukan !

Jadi ketika “target telah dikunci”, maka akan berlangsung gerakan yang selalu di-revisi arahnya secara terus-menerus, sehingga peluru kendali ini “harus mencapai sasaran” !

***

Demikian juga dengan segenap peristiwa kehidupan. Ketika seseorang sudah “dikunci harus mengalami sesuatu”, maka apapun yang dilakukan akan selalu memperoleh revisi dari “alam semesta” yang menyebabkan akhirnya “Blaaaar ….! Ia mengalaminya !”. Atau dalam bahasa yang lebih manusiawi adalah ketika seseorang sudah memiliki kecenderungan atau pola untuk “menjadi sesuatu”, maka dapat dipastikan ia dengan mudah mencapai apa yang dimaksud dengan “menjadi sesuatu” tersebut !

Dengan kata lain, semuanya hanyalah soal kecenderungan !

Cenderung sakit …. cenderung sehat …. cenderung kaya ….. cenderung miskin …. cenderung ditolak …. cenderung diterima …… cenderung memiliki banyak teman ….. cenderung memiliki banyak musuh …. cenderung “menipu” …. cenderung “ditipu” ….!

Dan sekali lagi bahwa “pola” atau “kecenderungan” atau “Servomechanism” ini akan “semakin kuat” jika tidak di-intervensi ! Baik pola baik, maupun pola buruk !

***

Saya mencoba memberanikan diri untuk menganalogikan mengenai apa yang disebut dengan “Takdir” dan “Nasib”, sama sekali bukan berdasarkan pengertian agama, tetapi berdasarkan bahasa “Mind Power” yang menjadi landasan dari “LoA” atau sejenisnya, hanya sekedar untuk memperkaya wacana !

“Ada orang menyeberang rel kereta, dan saat yang sama kereta melaju dengan cepat, ia tertabrak, tubuh-nya hancur lebur, mati !”

Setiap orang yang ditabrak kereta sampai hancur lebur, pasti mati ! Karena hukum semesta yang berlangsung secara sempurna telah terpenuhi. Mungkin ini yang lebih mendekati dengan pengertian “Takdir”, yaitu sesuatu yang telah menjadi “ketetapan”. Disebut juga sebagai “The Alchemy of Universe”, atau hukum “Alkemia Alam Semesta”, atau “Hukum Semesta”.

Tetapi mengapa orang tersebut menyeberang rel kereta tepat di saat kereta tersebut meluncur ? Apalagi anggap saja sebenarnya orang tersebut benar-benar belum siap untuk meninggalkan dunia ? Nah inilah yang mungkin mendekati pengertian dari “Nasib” ! Suatu gerakan, suatu kecenderungan ! Disebut juga sebagai “Servomechanism”.

***

Dan sebagai suatu pola atau kecenderungan, maka “Servomechanism” adalah sesuatu yang benar-benar dapat diubah arahnya ! Tentu dengan usaha dan strategi yang tepat !

Artinya jika saja kita dapat membentuk atau merubah “Servomechanism” kita menjadi Servomechanism “muda foya-foya … tua kaya raya …. hidup sejahtera …. mati masuk surga ….!” kan enak juga tuh ! He … he …..

Lalu Bagaimana cara merubah “Servomechanism” ?

Sebelum kita merubah “Servomechanism”, maka sebaiknya kita memahami terlebih dahulu, perangkat-perangkat manakah dalam diri kita yang membentuk “Servomechanism” ini ?

Kita bahas di Artikel berikutnya …….

Bersambung …

***

Sekedar suatu sumbangan pengetahuan, untuk memperkaya wacana ! Jauh dari kebenaran mutlak, dan sangat boleh diperdebatkan ! Tinggalkan saja bagian yang tidak memberdayakan, dan ambilah bagian yang mungkin memberdayakan !

Maap, jika ada salah-salah kata ! Tabik !

Yan Nurindra Category

“Barang lama kemasan baru !”

Katanya : “pikiran berlimpah” akan “menarik keberlimpahan dalam bentuk riel”.
Katanya : “pikiran sehat” akan “menarik hal-hal yang akan menciptakan kondisi tubuh yang sehat”.
Katanya : “pikiran khawatir” akan “menarik realita yang benar-benar memperkuat kekhawatiran dimaksud”.
Dsb …..

Dikatakan secara sederhana bahwa hal ini dikarenakan pikiran manusia dapat “memancarkan magnet” yang akan menarik kondisi yang bersifat selaras dengan “apa yang dipikirkan”, terlepas pikiran yang dimaksud adalah “baik” atau “buruk” !

Nah disini saya akan memulai …….. melalui teori empiris lainnya yang semoga dapat memperkaya wacana para peminat “Gaya Hidup LoA” !

***

Jauh sebelum Rhonda Byrne ….. bahkan jauh sebelum Maxwell Maltz …… sudah dikembangkan suatu teori “kesadaran manusia” berdasarkan pemahaman empiris, dimana teori ini merupakan bagian dari Teori Parapsikologi atau Psikologi yang ditambah dengan “Para” (kalau nggak salah artinya “disamping”), jadi maksudnya “disamping ilmu Psikologi” … jadi mirip “anak” dan “keponakan” lah …..! Mirip-mirip gituu deee ..!

Teori yang saya baca dari buku “The Magic Power of Your Mind” yang nantinya ternyata memiliki referensi dari “buku kuno” lain lagi, membagi “perangkat kesadaran manusia” menjadi 3 bagian utama, yaitu : (1). Conscious Mind (2). UnConscious Mind, dan (3). Supra-Conscious Mind (atau saya sering juga menyebutnya dengan Super-Conscious Mind.

Conscious Mind
Dapat kita anggap sebagai wilayah dimana kita “berkeinginan”, jadi jika kita “ingin sehat”, “ingin kaya”, nah inilah yang menjadi area dari Conscious Mind.

UnConscious Mind
Dapat kita anggap sebagai tempat dimana segenap perilaku kita berada, juga kecenderungan sikap, dan kontrol otomatis organ tubuh kita (misal detak jantung). Atau secara gampangnya UnConscious Mind berorientasi kepada internal diri kita (fisik, psikologis) atau “internal world”

Super-Conscious Mind
Merupakan kesadaran kita yang dapat “berhubungan” dengan “external word” atau “alam semesta”.

Jika Conscious Mind dan UnConscious Mind lebih sering disebut sebagai bagian dari “otak” kita, atau bersifat “physical”, maka Super-Conscious Mind dapat dianggap sebagai “bagian” atau “extension” dari UnConscious Mind tetapi tidak berada di lapisan “physical” kita, melainkan di lapisan energi, tepatnya adalah “Subtle Energy”, yang mungkin secara tradisional sering juga di-istilahkan sebagai “Chi”, “Ki”, “Manna”, “Huna”, “Barraka”, dsb. (setiap wilayah di muka bumi ini dapat memiliki istilah yang berbeda-beda, note : “territory”-nya sama, “map”-nya beda-beda).

Sebenarnya sih “Super-Conscious Mind” bukanlah “energi” tetapi suatu “kesadaran”, tetapi cara kerjanya “menumpang” di “ray” yang dikenal sebagai “subtle energy”, mirip dengan data (voice) GSM yang “menumpang” di gelombang dengan frekwensi tertentu. Untuk lebih mudah, boleh-lah dianggap bahwa “representasi” dari Super-Conscious Mind ini adalah berupa “Subtle-Energy”.

***

Nah, dari penjelasan sederhana ini mungkin mulai agak “nyambung”, bagaimana sih mekanisme ketika seseorang memberikan “empowerment” ke diri-nya agar “berkelimpahan uang” kemudian dapat benar-benar “menghadirkan uang” ke dalam dirinya ? Dalam hal ini, Conscious Mind adalah pihak yang berkeinginan, kemudian akibat dari “Empowerment” tersebut (jika berlangsung efektif), maka mungkin yang bersangkutan “mendadak” menjadi “rajin”, “netral”, “pintar melihat peluang”, “pintar menilai resiko”, dll, dan ini merupakan kerja dari UnConscious Mind yang bertugas menggerakkan “internal-word” seseorang. Kemudian, mungkin saja yang bersangkutan tiba-tiba secara “ajaib” dipertemukan dengan kondisi-kondisi yang dapat membuatnya benar-benar dapat “mewujudkan” keinginannya tersebut, misalkan “bertemu dengan orang yang tepat di saat yang tepat”. Nah inilah yang merupakan hasil kerja dari “Super-Conscious Mind” yang bermain di area “external word” !

Jadi jika kita berbicara mengenai “The Law of Attraction”, maka mungkin yang dimaksudkan dan diharapkan oleh banyak orang adalah “kesaktian” yang ditimbulkan oleh “Super-Conscious Mind” ini !

***

Dalam berbagai pengetahuan yang berbasiskan esoterisme, soal “mewujudkan sesuatu” atau “goal manifestation” adalah sesuatu yang “biasa”, dan sudah jadi “menu standar” dan tidak “diributkan” atau “dihebohkan” seperti halnya “The Secret” !

Walaupun dengan tata-cara yang “berbeda” dikarenakan “map” yang dipergunakan berbeda, tetapi percayalah bahwa semuanya ternyata sama-sama berbicara terhadap “territory” yang 100% sama !

Contohnya :

Dalam Reiki dikenal istilah “materialisasi” dengan menggunakan misal : bola energi “chokurei”, dengan afirmasi : “saya senang sekali karena memiliki mobil jaguar pada akhir tahun 3017”, lalu bola dibuang, jangan di-ingat-ingat, biarkan berkelana ke alam semesta, membentuk perwujudannya sendiri.

Fenomena Telepati, “Thought Projection”, ESP, merupakan fenomena “subtle energy”, hanya saja di-aplikasikan secara langsung, karena bersifat relatif sederhana. Tidak seperti “konsep keberlimpahan” yang bisa jadi “super-complex” ! Bukan sekedar “siapa” men-telepati “siapa” ?! Ya, jadinya bagusnya “alam semesta” saja yang di-telepati !

Bahkan ilmu pelet, juga menggunakan mantra-mantra yang notabene akan menghasilkan “subtle energy” yang akan men-transmissikan “keinginan sang pemelet” agar memasuki wilayah “rasa” (baca : UnConscious) dari “Sang Sasaran”. Ini contohnya memang agak tidak tepat, tetapi hal yang mirip adalah mereka sama-sama “bermain” di tingkatan “Subtle Energy” yang dapat menghubungkan satu orang dengan lainnya. Bukankah “afirmasi” dalam LoA salah satunya adalah menghadirkan “orang yang tepat pada kesempatan yang tepat” bagi kita ? Lewat mana ? Ya lewat media “Subtle Energy” !

***

Semoga dengan penjelasan dari “sudut yang berbeda” ini akan memberikan pemahaman atau wacana tambahan yang akan membuat “Gaya Hidup LoA” dapat dipandang sebagai sesuatu yang “biasa-biasa” saja dan “sudah ada sejak dulu” ! Apalagi fenomena “LoA”-nya sendiri, tidak usah dipelajari-pun ya sudah ada !

Kemudian, mekanisme “LoA” agar dapat lebih dipahami secara lebih “membumi”, bahwa itu “hanya sekedar” penyelarasan antara “Conscious Mind”, “UnConscious Mind” dan “Super-Conscious Mind” yang dapat menjadi sedemikian “sakti”-nya jika ketiganya dapat berjajar bagaikan 3 buah vektor yang memiliki “arah” yang sama ! “Blaaaaar …! Terjadilah …!” ….. he he ……

Ya disini masalahnya ……., untuk membuat ketiga-nya sejajar ? Susahnya “minta ampun”, perlu ilmu pendukung lain ….. mulai dari NLP, Hypnosis, bahkan mungkin “ilmu kudu” ….. yaitu …. “kudu yakin” ….. “kudu manteb” ……“kudu berhasil” !

Hanya sekedar wacana !

Dan, masih bersambung lagi ………

Maap, jika ada salah-salah kata ! Tabik !

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih terhadap rekan-rekan yang telah memberikan respon, baik secara terbuka, maupun yang langsung mengirimnya melalui email saya, karena mungkin dianggap berisikan hal-hal yang relatif sensitif.

“Gaya Hidup LoA (Law of Attraction)” adalah salah satu pilihan diantara “sekian banyak” pilihan “gaya hidup” lainnya ! Tidak penting lagi dia “benar” atau “salah”, karena memang tidak seorangpun yang dapat “menjamin” kebenarannya ! Yang lebih penting adalah apakah masing-masing “gaya hidup” tersebut dapat “memberdayakan” kita ?

Seringkali bukanlah “gaya hidup”-nya yang “salah” atau “benar”, tetapi konsistensi dalam sikap bathin kita yang seringkali justru menimbulkan masalah besar !

***

Amat sangat banyak cara untuk menghadapi kehidupan, kita sudah sangat akrab dengan berbagai “presupposition” yang berasal dari sumber yang beragam, dari keyakinan, agama, pokok-pokok pemikiran spiritual, dsb !

Kita boleh memilih prinsip : “Kelahiran, jodoh, rejeki, kematian, adalah urusan Tuhan”. Tetapi mengapa seringkali kita “protes” ketika orang yang kita cintai “dipanggil” Tuhan ?

Atau kita memilih prinsip : “Jalan hidup kita telah ditulis sebelum kita lahir”. Tetapi mengapa seringkali kita “tidak menerima” ketika kemiskinan tidak mau beranjak dari kehidupan kita ?

Kita dapat juga memilih : “Nasib suatu kaum tidak akan berubah, jika kaum tersebut tidak merubahnya”. Tetapi mengapa kita protes ke Tuhan ketika nasib kita tidak juga kunjung berubah ? Bukankah lebih berarti bahwa kita yang tidak terampil dalam mengubah nasib ?

Atau kita mengambil pilihan netral, yaitu : “Manusia berusaha, tetapi Tuhan menentukan”. Tetapi mengapa kita tidak serta-merta “merelakan” apapun yang akan menjadi hasilnya ?

Dan ketika kita berprinsip “Semuanya sudah ada takdir-nya”. Mengapa kita masih repot-repot berusaha ? Toh semua sudah takdir ?

***

“Gaya Hidup LoA” hanya merupakan salah satu “pilihan”, dan tetap saja konsistensi bathin menjadi lebih penting ! Gaya hidup ini akan membuat kita benar-benar “bertanggung-jawab penuh” terhadap kehidupan kita sendiri !

Kita adalah Co-Creator untuk “mengerjakan” alam semesta ini, ketika “batu” telah tersedia, maka kita dapat “membangun gedung”, ketika “uap panas” muncul dari dalam bumi, kita dapat membuat “pembangkit listrik”, dan ketika ada “hukum ketertarikan”, maka kita dapat pula menarik “kebahagiaan”, “penderitaan”, bahkan “keberlimpahan” atau “kemiskinan” ! Dan ini bahkan sangat mewakili dari suatu hal yang telah seringkali kita dengar, bahwa manusia adalah “khalifah di muka bumi” atau “pimpinan di muka bumi”. !

***
“Gaya Hidup LoA” mengasumsikan bahwa di alam semesta berlangsung hukum sebab-akibat yang sangat sempurna dan sangat holistik, mulai dari tingkat fisik sampai dengan tingkat non fisik, melintasi layer eksistensi yang tak berhingga.

Sebab Big-Bang maka menyebabkan lahirnya alam semesta fisik ! Sebab lapisan bumi bergeser, maka menyebabkan terjadinya bencana Tsunami ! Sebab pemanasan global maka menyebabkan punahnya Mamooth dan binatang purba lainnya ! Sebab aliran lahar yang sangat spektakuler maka lahirlah pulau-pulau baru di Hawaii ! Hal ini semua menunjukkan berlangsungnya hukum semesta di tingkat fisik yang sangat sempurna !

Dan hukum itu diasumsikan juga berlangsung di tingkat yang lebih murni, di tingkat “transcendental” ! Dan memang benar berlangsung ! Jika kita pernah mempelajari esoterisme, maka kita akan sangat “faham” bahwa selain energi-energi fisik di semesta fisik, juga terdapat energi yang lebih halus di tingkat “ether” yaitu “subtle energy”, yang juga terikat dengan hukum semesta yang tentu saja berlangsung di tingkat “ether” !

Dan bagaimana mengenai manusia ? Ya tentu saja termasuk ! Bahkan manusia memiliki berjuta bentuk, diluar bentuk yang selama ini “kita kenal” dalam kehidupan sehari-hari ! Andaikata anda melihat tubuh saya melalui “Mikroskop Elektron”, maka niscaya anda tidak dapat lagi membedakan manakah “kursi” dan manakah “saya”, semuanya hanyalah kumpulan “elektron” ! Apalagi jika kita melakukan proses “transcendental” lebih jauh lagi, maka anda akan melihat saya sebagai “quantum”. Dan yang sangat menarik, bahwa “quantum” bersifat “chaos”, artinya “quantum” saya akan melesat kesana-kemari dan tidak pernah berada di diri saya secara tetap, atau selalu bertukar, tetapi anehnya “quantum” ini juga bersifat “ordered” yang akan membentuk “entitas” diri saya ! Hii … serem juga ya, karena ternyata saya hanya “benar-benar ada” di dimensi “normal” yang kita kenal, tetapi di dimensi yang “setengah transcendental” saja saya sudah berubah menjadi “quantum” ! Bayangkan jika kita benar-benar “transcendental”, maka kita menjadi “tidak pernah” ada sama sekali !

***

Oke, semoga ilustrasi tadi dapat memberikan gambaran bahwa bentuk murni manusia adalah “tidak pernah ada”, tetapi menggambarkan bahwa sekaligus manusia “ada di-mana-mana” … atau manusia pada tahap tertentu hakikatnya adalah “alam semesta itu sendiri” ! Jadi jelas bahwa jika perdebatan “Gaya Hidup LoA” salah satunya adalah mengenai “apakah benar pikiran dapat bekerja sedahsyat itu ?”, maka saya yakin kini anda dapat menjawabnya sendiri dengan sangat baik !

Wah membingungkan dan malahan membuat makin tidak jelas ? Ya pasti ! Karena kita masih “terbiasa” hanya meng-indera sesuatu yang bersifat fisik, itupun menggunakan sensor berupa panca-indra (VAKGO) !

Deepak Choppra pernah menulis : “Jika anda ingin mengetahui rahasia dunia, maka anda tidak perlu kemana-mana, cukup di kamar saja, bahkan anda cukup diam saja, maka dunia akan membuka segenap topengnya !”

Suatu kalimat yang sederhana, tetapi membutuhkan “pemahaman” dan “kemampuan” untuk memahaminya ! Jika kita mampu melakukan proses “Transcendental”, yaitu menurunkan gelombang otak sampai dengan tingkat yang terendah (NDE Brainwave), tetapi tetap dalam kondisi “Full Awareness”, maka kita akan “mulai memahami” apa yang ditulis oleh Deepak Choppra tersebut ! Kita akan memahami bahwa ada suatu wilayah yang merupakan “Non Sensory Perception World” atau Non VAKGO, yang dulu oleh para tetua kita di Asia Tengah disebut sebagai “Shamballa” atau “Shang-Rilla” ! Atau oleh mbah Marto dari “penghayatan mulat saliro” di solo disebut sebagai “suwung …. wang … wung …!”.

Disinilah awal lahirnya pengertian “The Alchemy of The Universe” atau “The Law of Attracton” atau lain-lainnya yang sejenis alias se-ordo !

***

Dan sekali lagi bahwa “Gaya Hidup LoA” adalah pilihan ! Jika kita tidak nyaman, jangan dipaksakan ! Lebih baik pilih “presupposition” lain yang dapat membuat kita “nyaman” dan “berdaya”, dan yang lebih penting lagi adalah menumbuhkan sikap konsistensi bathin atas pilihan tersebut !

Semuanya benar ! Semuanya dapat memberdayakan ! Kita hanya perlu konsisten !

***

Dan, akhirnya …. semua pendapat, teori, asumsi, atau hipotesa saya ini, masih sangat dapat dan sangat boleh diperdebatkan ! Ada pepatah “Jika anda puas beritahu teman, tapi jika anda kecewa beritahu saya !” …. He he … rumah makan padang …. kaleee …!!

Maap, jika ada salah-salah kata ! Tabik !

By: Yan Nurindra

Saya coba menimpali saja tulisan rekan “Gim Hok” yang ditulis sebelum ini, kerena memang “The Secret” adalah suatu fenomena “luar biasa” ….. “booming” “gempar” pokoknya sekali lagi “rrrrruar biasa” !

Dalam kancah atas nama “motivasi” atau “pemberdayaan diri” …. akhirnya terpolarisasi 2 kubu … antara yang “setuju” dengan fenomena “the secret” … ada pula yang komentar-nya “ah ember aja tuh The Secret” … yang berkelimpahan cuma Rhonda Byrne dengan konco-konco-nya ! Emang nasib orang cuma sekedar “dirasa-rasakan” trus benar bisa “menarik” realita ? Kehidupan kok dianggap “lemper” ..? Penyet sana penyet sini … trus jadi !

He … he … he ….! Trus saya sendiri kubu yang mana tuh ?

Oke, saya adalah kubu yang “mendukung” The Secret ! Tetapi dengan “amat sangat banyak” catatan kaki alias footnote …….

***

Secara pribadi, jalan hidup saya adalah jalan hidup “The Secret” ! Baik kehidupan “rungsep” yang telah saya jalani, kehidupan “agak enak” sampai yang “lumayan enak” bahkan yang sangat “enek” ! Semua cocok-cocok saja dengan kaidah dasar dari The Secret !

***

Napak tilas sebentar ya …….

Saya mulai menyadari kehidupan “The Secret” sekaligus mempelajari fenomena “The Secret” justru mulai bertahun-tahun silam …. tepatnya ketika saya mulai mempelajari Psychocybernetic (Dr. Maxwell) dan juga ketika saya memperoleh suatu buku “kuno” yaitu “The Magic Power of Your Mind” karangan Walter M. Germain, yang diterbitkan pada tahun 1956. Kisah “penemuan buku ini di tukang loak” pun memenuhi prinsip dasar “The Secret”, yaitu “The Law of Attraction” !

Dari pengetahuan-pengetahuan tersebut, Plus dengan “kisah hidup” saya yang “di suatu masa” benar-benar “diselamatkan” oleh sang “Kekuatan Pikiran”, maka saya mendedikasikannya dalam suatu workshop yang saya beri judul “Alpha Power” yang digelar dalam beberapa versi mulai dari tahun 2003 sampai dengan 2007. Bahkan beberapa rekan kontributor di portal sempat bergabung di versi awal dari workshop ini, versi yang masih sangat “premature”. Sekarang workshop sudah di-“anumerta”-kan, karena mulai “melenceng” dari tujuan semula ! Dinamakan sebagai “Alpha Power” karena menyangkut pemberdayaan diri yang sangat luar biasa yang dilakukan cukup di “Alpha Brainwave” ! Yang diberdayakan apa saja ? Semuanya, yang intinya akan menghasilkan yang diistilahkan oleh “The Secret” sebagai “The Law of Attraction” !

Oleh karena itu dengan segenap “kerendahan hati” …. Saya bermaksud untuk “sharing” kepada para “The Secret Mania”, tentu dengan perspektif yang berbeda ….! Sekali lagi hanya “sharing” …. bukan mau “usaha” marketing pelatihan ! Toh “Alpha Power” sudah “anumerta” !

***

Akan tetapi, sebelum Sharing ini benar-benar terjadi, maka terlebih dahulu saya akan melemparkan konsep kesemestaan yang mendasari “The Secret” ! Anda harus memberikan persetujuan atau ketidak setujuan terlebih dahulu !

Prinsip Pertama :

Kita hidup dalam kesempurnaan ! Kita diberikan berbagai “perangkat kesadaran” yang “sangat sempurna” oleh YME, sekaligus alam semesta yang sempurna pula, dengan hukum-hukum yang bersifat tetap dan mengikat segenap penghuninya, hukum ini adalah : “The Alchemy of The Universe” !

Di sini kita mulai masuk ke persimpangan pemikiran yang agak kritis dan sekaligus sensitif …. apakah kita memandang kehidupan dan kesemestaan ini sebagai suatu hubungan “horisontal” atau “vertikal” atau antara “horisontal dan vertikal” ?

Maksud saya, kalau “KeTuhanan” dan “Agama” …. sudah pasti suatu hubungan yang kita tempatkan sebagai hubungan “vertikal”, antara mahluk dan “Khalik”-nya ! Tetapi jika kehidupan dan semesta “tempat kita hidup” kira-kira menurut anda masuk ke wilayah “horisontal” atau “vertikal” atau campurannya tadi ?

The Secret atau sejenisnya, hanya dapat dipahami dan diberlakukan dengan efektif jika anda menempatkan diri anda dan alam semesta dalam suatu “hubungan horisontal” murni yang tunduk dengan “The Alchemy of The Universe” !

Lho ?

Ya, ini menurut saya ! Jadi ini akan melahirkan Prinsip Kedua yang merupakan penjelasan lebih detail dari Prinsip Pertama.

Prinsip Kedua :

“Terima kasih TUHAN, karena KAU telah memberikan aku kesempatan untuk menjalani kehidupan, dan KAU telah memberikan kesempurnaan yang luar biasa bagi diriku, dan KAU karuniakan pula aku alam semesta yang sempurna dengan segenap hukumnya yang sangat sempurna pula, dimana aku dapat berpikir dan berkehendak bebas, tetapi akan tetap dan selalu terikat dengan kesempurnaan hukum alam semesta ini !”

Dari prinsip yang kedua ini, maka sebaiknya jangan pernah lagi kita mengatakan :

“Kenapa ya … saya ini sudah berkelakuan baik, tetapi kok nasib saya semakin hari semakin jelek ?”

“Kenapa ya saya yang sekolahnya rajin, lulus Cum Laude pula ! Tetapi kok teman saya yang sering nyontek dulu … malahan sekarang jadi konglomerat ?”

“Kenapa ya saya sering menyumbang dan berderma, kok tega-teganya perampok menyatroni rumah saya ?”

“Kenapa ya, saya sudah sedemikian rajin beribadah dengan ihlas, kok hidup saya makin terpuruk ?”

Karena pernyataan-pernyataan di atas “tidak akan pernah ada jawabnya” ! Karena kita secara “tidak sadar” telah menempatkan diri kita “sangat rendah”, yaitu hanya sekedar menjadi “obyek” kehidupan ….. dan tentu saja “sangat tidak berdaya” !

Bandingkan dengan Tuan Amin, seorang ahli kimia yang menurut dia sangat ahli dalam membuat sesuatu yang “kimiawi” ! Suatu hari Tuan Amin mencoba membuat pupuk kimia. Nah, setelah campur-sana campur-sini … tiba-tiba “blaaaaaaar” …. boro-boro jadi pupuk …. malahan “mbeledos” jadi “bom kecil” ! Tetapi yang luar biasa, Tuan Amin dengan tenangnya berkata : “Wah, pasti rumusnya salah, atau campurannya kurang pas !” …. he he ….. luar biasa …. karena Tuan Amin walaupun tidak sukses, tetapi menempatkan dirinya sebagai “Subyek” atau Sang “Creator” !

Alam semesta bak kumpulan dari mega-trilyunan unsur kimia, yang melintasi seluruh dimensi energi alam semesta itu sendiri, anda bebas untuk membuat rumus dan mencampur-campurnya ! Salah atau benar soal nanti ! Tidak penting anda memahami atau tidak memahami, tetapi yang jelas andapun kini tengah mencampur-campur unsur-unsur ini pada setiap milidetik dalam hidup anda! Anda adalah Sang Ahli Kimia Alam Semesta ! Anda adalah “Subyek” bagi hidup anda sendiri ! Anda adalah “Sang Alchemist” yang memainkan hidup anda dengan “The Alchemy of The Universe” ! Anda adalah Sang “Creator” bagi hidup anda !

Dari penjelasan yang berazaskan prinsip kedua ini, kita akan memasuki prinsip yang ketiga, yang merupakan konsekwensi logis dari penjelasan ini :

Prinsip Ketiga :

Apapun yang kita peroleh atau alami pada hari ini, baik atau buruk, kebahagiaan atau kesengsaraan, dan berbagai hitam dan putih lainnya. Pasti benar-benar berasal dari formulasi “Sang Alchemist” yang berada dalam diri kita ! Kalau jelek ya namanya “Sang Alchemist” pasti “sedang salah rumus” ….. dan kalau “oke punya”, pasti “Sang Alchemist” memang “pas rumusnya” atau “kebetulan pas” ! Gitu aja kok repot !

Jadi mulai sekarang sebaiknya kita ngomong seperti ini :

Tidak punya uang - “Wah, busyet …. gue pasti pasti mikir apa nih … kok jadinya sekarang nggak punya uang ?”

Dirampok - “Wah, gile beneer …. Pikiran gue pasti ada yang korsleeet nih … kok jadinya rampok jadi demen sama gue ?”

Dapat lotere – “Nah ini dia, ini so pasti pikiran gue yang bekerja dengan sangat canggih ….. kebetulan kali ya ? no way ! Nggak ada tuh kebetulan ! Yang ada cuma gue nggak ingetin rumusnya !”

***

Oke, ini adalah prinsip-prinsip dasar yang harus disepakati bersama terlebih dahulu ! “The Secret” atau “Alpha Power” atau mungkin bagus juga kalau disebut sebagai “Gaya Hidup LoA”, baru dapat “mulai dipelajari” bagi mereka yang total menyetujui “presupposition” ini !

Silakan kirimkan comment “Setuju” or “Tidak Menyetujui ……..!” baru nanti diputuskan apakah artikel perlu “dilanjutkan disini” atau “dilanjutkan disana” ! He … he ….!

Maap, kalau ada salah-salah kata ! Tabik !

tahukah anda?
bahwa
RAHASIA THE SECRET berkaitan erat dengan HATI.
Bila kita mampu menguasai hati maka apapun bisa kita dapatkan.
apakah itu uang, kekayaan, wanita idaman, pria idaman, kendaraan,
rumah mewah, anak dan
bahkan kebahagiaan sejati.

jauh sebelum beredarnya buku dan film the secret, saya telah
menggunakan teknik ini tanpa saya sadari, saya selalu beruntung dan
apa yang saya inginkan sebagian besar selalu terkabul.
bahkan barang yang hilang pun sering kembali pada saya.

namun seiring dengan bertambahnya orang2 dan lingkungan yang kurang
baik, biasanya hati kita ikut terpengaruh menjadi tercemar. sehingga
kekuatan hati bisa berkurang. salah satu cara terbaik untuk menjaga
hati adalah dengan membersihkan hati. hindari orang2 dan lingkungan
negatif dalam artian jangan berlama-lama berada di tempat negatif.
terkadang rumah pun bisa menjadi tempat negatif seperti bila istri
bergosip atau membicarakan orang lain..STOP!! ganti topik pembicaraan
bila ada orang yang memancarkan sinyal negatif. Karena hal itu akan
mempengaruhi pikiran dan hati anda.

Aa Gym pernah berbicara tentang pentingnya menata hati:
seperti dalam lagunya.
Jagalah hati..jangan kau kotori...

Tips Dasar Hidup bahagia adalah dengan menjaga hati agar tetap bersih.
seberapa besar kekayaan seseorang, namun bila hatinya kotor penuh
dengki, iri, benci dll
akan membuat hidupnya tidak bahagia dan tenang.

misalnya seorang yang kaya dari hasil korupsi, maling, atau dari hasil
memamerkan aurat atau kecantikan tubuhnya dll. perbuatan seperti itu
akan mengotori hati sehingga sifat tercela akan mudah masuk kedalam
hatinya.

Orang yang pasti tidak nyaman dalam keluarga, orang yang pasti tidak
tentram dalam bertetangga, orang yang pasti tidak nikmat dalam bekerja
adalah orang-orang yang paling busuk hatinya. Yakinlah, bahwa semakin
hati penuh kesombongan, semakin hati suka pamer, ria, penuh
kedengkian, kebencian, akan habislah seluruh waktu produktif kita
hanya untuk meladeni kebusukan hati ini. Dan sungguh sangat berbahagia
bagi orang-orang yang berhati bersih, lapang, jernih, dan lurus,
karena memang suasana hidup tergantung suasana hati. Di dalam penjara
bagi orang yang berhati lapang tidak jadi masalah. Sebaliknya, hidup
di tanah lapang tapi jikalau hatinya terpenjara, tetap akan jadi
masalah.

Salah satu yang harus dilakukan agar seseorang terampil bening hati
adalah kemampuan menyikapi ketika orang lain berbuat salah. Sebab,
istri kita akan berbuat salah, anak kita akan berbuat salah, tetangga
kita akan berbuat salah, teman kantor kita akan berbuat salah, atasan
di kantor kita akan berbuat salah karena memang mereka bukan malaikat.
Namun sebenarnya yang jadi masalah bukan hanya kesalahannya, yang jadi
masalah adalah bagaimana kita menyikapi kesalahan orang lain.

Sebetulnya sederhana sekali tekniknya, tekniknya adalah tanya pada
diri, apa sih yang paling diinginkan dari sikap orang lain pada diri
kita ketika kita berbuat salah ?! Kita sangat berharap agar orang lain
tidak murka kepada kita. Kita berharap agar orang lain bisa
memberitahu kesalahan kita dengan cara bijaksana. Kita berharap agar
orang lain bisa bersikap santun dalam menyikapi kesalahan kita. Kita
sangat tidak ingin orang lain marah besar atau bahkan mempermalukan
kita di depan umum. Kalaupun hukuman dijatuhkan, kita ingin agar
hukuman itu dijatuhkan dengan adil dan penuh etika. Kita ingin diberik
kesempatan untuk memperbaiki diri. Kita juga ingin disemangati agar
bisa berubah. Nah, kalau keinginan-keinginan ini ada pada diri kita,
mengapa ketika orang lain berbuat salah, kita malah mencaci maki,
menghina, memvonis, memarahi, bahkan tidak jarang kita mendzalimi ?!

Ah, Sahabat. Seharusnya ketika ada orang lain berbuat salah, apalagi
posisi kita sebagai seorang pemimpin, maka yang harus kita lakukan
adalah dengan bersikap sabar pangkat tiga. Sabar, sabar, dan sabar.
Artinya, kalau kita jadi pemimpin, dalam skala apapun, kita harus siap
untuk dikecewakan. Mengapa? Karena yang dipimpin, dalam skala apapun,
kita harus siap untuk dikecewakan. Mengapa ? Karena yang dipimpin
kualitas pribadinya belum tentu sesuai dengan yang memimpin. Maka,
seorang pemimpin yang tidak siap dikecewakan dia tidak akan siap
memimpin.

Oleh karena itu, andaikata ada orang melakukan kesalahan, maka sikap
mental kita, pertama, kita harus tanya apakah orang berbuat salah ini
tahu atau tidak bahwa dirinya salah ? Kenapa ada orang yang berbuat
salah dan dia tidak mengerti apakah itu suatu kesalahan atau bukan.
Contoh yang sederhana, ada seorang wanita dari desa yang dibawa ke
kota untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ketika hari-hari
pertama bekerja, dia sama sekali tidak merasa bersalah ketika
kran-kran air di kamar mandi, toilet, wastafel, tidak dimatikan
sehingga meluber terbuang percuma, mengapa ? Karena di desanya
pancuran air untuk mandi tidak ada yang pakai kran, di desanya tidak
ada aturan penghematan air, di desanya juga tidak ada kewajiban
membayar biaya pemakaian air ke PDAM, sebab di desanya air masih
begitu melimpah ruah. Tata nilai yang berbeda membuat pandangan akan
suatu kesalahan pun berbeda. Jadi, kalau ada orang yang berbuat salah,
tanya dululah, dia tahu tidak bahwa ini sebuah kesalahan.

kemudian setahap demi setahap, beritahukan dan perbaiki kesalahannya,
agar dia belajar dari kesalahannya.

Beri orang lain 2(dua) kesempatan untuk berbuat salah, yaitu untuk
yang pertama dan yang terakhir.
(prinsip pemimpin sejati)
Dan
ingatlah Hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi
tentram.(Al- Quran)

sebarkanlah kebaikan, jika anda merasa bahagia maka jangan segan untuk
menceritakannya
agar kebaikan yang anda dapatkan bertambah. (salah satu cara bersyukur)
(sombong dan bersyukur berbeda)

barang siapa bersyukur, sungguh akan AKu tambahkan nikmat-Ku kepadamu
namun bila kamu kafir, sesungguhnya AzabKu sangat pedih.

rahasia ini sudah ada sejak zaman dulu, yaitu dalam quran
"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan"

itulah sebabnya mengapa banyak orang alim ulama dan para wali selalu
bisa memperoleh apa saja
yang diinginkannya, namun mereka para orang soleh tidak meminta
kehidupan dunia, mereka menginginkan kehidupan akhirat yang baik.
sehingga dikehidupan dunia mereka biasa saja namun tetap bahagia.
padahal mereka bisa mendapatkan kekayaan di dunia jika mereka
menginginkannya.
karena yang penting adalah kebahagiaan di akhirat.
untuk apa di dunia kaya jika di akhirat menderita. Betul ??

misal hari ini anda bisa menikmati makanan enak, namun besoknya anda
sakit sehingga tidak bisa menikmati makanan, maka kenikmatan yang anda
rasakan dihari kemarin pastilah sudah tidak terasa lagi.
begitulah orang yang hanya memikirkan dunia meskipun hidup kaya namun
jika diakhirat menderita, maka semua kenikmatan yang dia rasakan
didunia akan sia-sia. seolah-olah dia tidak pernah merasakan
kenikmatan dunia karena pedihnya siksa neraka.

sebaliknya, orang yang paling menderita di dunia namun rajin beribadah
sehingga msuk surga, maka semua yang dia derita didunia tidak akan
terasa lagi seolah-olah dia tidak pernah menderita sedikitpun didunia
karena nikmatnya surga di akhirat.

seperti yang dikatakan orang bilang, pilih mana
1.awal yang bahagia namun akhirnya menderita atau
2.awalnya menderita akhirnya bahagia, atau
3.atau awalnya menderita akhirnya juga menderita, atau
4.awal yang bahagia dan akhir yang bahagia (the begin and the happy
ending)

mulai sekarang anda bisa menggunakan Hati dan rasa syukur untuk
mendapatkan apapun yang anda inginkan. mulailah dari hal yang kecil
dulu. jika ada pengalaman menarik silahkan berbagi cerita
dengan mengirimkan email kepada saya.

saya tidak menjelaskan lebih rinci cara menggunakan kekuatan ini
dengan anggapan kita sudah mengetahui ilmu dasar dalam menarik
apapun yang diinginkan.

Salam Bahagia

Farhan FH

Dalam buku The Secret karya Rhonda Byrne, ilmu dan praktek pasti bermuara pada dua hal. Yakni, pikiran dan materi. Bahkan, semua karya manusia, baik yang menimbulkan kesejahteraan atau penderitaan, juga berawal dari kedua hal itu. Begitu pentingnya pengaruh pikiran dan materi terhadap kehidupan manusia sehingga perlu ada suatu kejelasan mengenai pengaruhnya agar kebahagiaan tercapai.

Dalam buku itu, hukum alam (law of attraction) dianggap satu-satunya jalan mewujudkan keinginan. Asal memiliki keinginan positif yang kuat dan sanggup memvisualisasikannya, maka semua keinginan akan terwujud. Dengan kata lain, pikiran telah menarik materi seperti magnet menarik benda-benda di sekelilingnya.

Jika ingin rumah yang besar, bayangkanlah, seolah-olah Anda telah tinggal di rumah besar. Jika ingin mobil bagus, bayangkan dan rasakan semua sensasinya seperti telah mengendarai mobil mewah itu. Bahkan, dengan teori ini, Anda boleh memiliki keinginan menjadi kaya seperti Bill Gates. Cukup berkeinginan, visualisasi, dan percaya, maka Anda bisa menjadi Bill Gates.

Sayangnya, realitas kehidupan tidak demikian. Bukti di alam juga tak seperti itu. Jika benar, minimal 50% orang yang duduk di warung kopi adalah Bill Gates. Lagi pula, hati nurani manusia mengenal intisari hukum alam, yakni tak bekerja menurut mimpi. Apalagi menurut visualisasi.
Sejak zaman dulu sampai sekarang dan di masa depan, satu prinsip hukum alam yang pasti bahwa semua fenomena alam ditentukan hukum sebab dan akibat. Mobil berjalan karena ada mesin dan energi yang menggerakkan mesin itu. Pohon menjadi besar karena sumber makanan yang diperoleh berkualitas dan energi lingkungan yang pas.

Begitu pula materi. Kita hanya mungkin memperolehnya kalau ada energi. Betul, seperti ucapan Buddha Gautama, segalanya berawal dari pikiran. Namun, mengutip sedikit perkataan Buddha sungguh berbahaya jika tak menguasai keseluruhan konsepnya.

Mereka lupa, ada dua aspek penting dalam proses penciptaan. Yakni, kemurnian pikiran dan energi untuk mencipta. Kemurnian pikiran dapat diperoleh jika pikiran selaras vibrasinya dengan alam. Dengan kata lain, makin tinggi kemurnian pikiran, makin mirip pikiran itu dengan hukum alam.
Kemurnian pikiran dapat diperoleh lewat berbagai cara. Pertama melalui moral yang baik, pikiran pun menjadi murni. Bersedekah atau beramal, pikiran menjadi makin bersih. Tak berniat merugikan orang lain, maka pikiran menjadi makin bersih. Tak pernah berniat berzinah, maka pikiran jadi kian bersih. Melakukan bakti sosial, maka pikiran jadi kian resik dan tenang. Tak membenci siapa pun dan apa pun, pikiran jadi stabil. Jika semua niat dan aktivitas ini diakumulasikan, maka pikiran jadi termurnikan.

Kedua, penciptaan adalah energi. Jika tak ada energi, pikiran akan padam dengan sendirinya. Ini seperti sebatang kayu kering dengan api. Jika api adalah pikiran, kayu adalah sumber energinya. Jika kayu tak ditambah, api pun padam.
Energi ini dapat diperoleh dengan tiga cara. Yakni, dari makanan, alam, atau lingkungan tempat manusia berpijak. Energi ini disebut dengan chi atau nafas kehidupan yang dapat diurai dalam lima manifestasi atau sering disebut lima elemen. Sebagai contoh, jika kita memakan cabe atau menerima energi api dalam lingkungan kita. Jika banyak minum air, maka tubuh juga akan kelebihan air, dan seterusnya.
Ketiga, kemurnian pikiran. Pikiran yang selaras dengan kemurnian alam semesta adalah pikiran yang penuh energi. Pikiran yang memiliki energi berlimpah akan mengubah diri dalam wujud materi atau apa pun bentuknya sesuai dorongan keinginan.
Yang perlu dipahami, di sini tidak ada attraction atau menarik milik siapa pun. Semua karena diri sendiri. Jika ada satu niat mengambil yang bukan milik kita, maka pikiran menjadi berkurang energinya. Proses penciptaan akan terhenti atau melambat.

Kemudian, proses pikiran menjadi materi dipengaruhi emosi, baik emosi positif maupun negatif. Dua emosi ini berfungsi mengarahkan atau memprioritaskan proses penciptaan.
Semakin besar emosi positif yang muncul atau dirasakan, semakin cepat proses itu terjadi. Tapi, emosi juga merupakan musuh kebahagiaan. Semakin positif emosi, efek ketagihan akan semakin besar. Sedangkan emosi negatif menimbulkan marah. Benci mendorong orang terjebak melebih-lebihkan suatu peristiwa.

Misalnya, seorang yang lagi jatuh cinta. Suatu hari ia tak sengaja menubruk orang yang dia taksir.Kedua belah pihak mengalami benjol di kepala. Yang satu, karena cinta, maka benjol itu tak terasa sakit. Bahkan, mungkin nikmat. “Ini tanda yang bagus buat cinta saya, ini tentu tanda positif. Bakal jadian, nih,” bisiknya dalam hati. Senyum bahagia pun tersungging lebar di bibirnya.
Tapi, sebaliknya, jika yang satunya lagi tak cinta atau membenci, benjol itu akan terasa sangat sakit. Benjolan sama, tapi reaksinya bisa berbeda karena emosi meningkatkan atau menurunkannya.

Karena itu, emosi perlu dipertahankan dalam kondisi seimbang yaitu kita terikat dengan sensasi positif, sekaligus tak ingin menghindar dari emosi negatif.
Kestabilan emosi akan menentukan kualitas kebahagiaan. Makin seimbang, makin bahagia. Sedikit seimbang, sedikit bahagia. Dengan emosi seimbang, proses penciptaan berjalan obyektif sesuai dengan kodratnya. Proses lambat dan cepat tak menimbulkan ketidakbahagiaan. Bahkan pada saat semua tercapai, juga tak memancing ketidakbahagiaan baru yang biasanya muncul akibat mulai memasang keinginan baru.
Yang perlu kita sadari, semua proses penciptaan ini berhubungan dengan kebijaksanaan yang diperoleh. Bukan dari wacana intelektual. Orang dapat berdebat tentang teh manis. Bahkan mungkin bisa menulis puluhan disertasi mengenai hal itu. Akan tetapi satu pengalaman mencicipi teh manis akan mendapat kebijaksanaan seribu kali lebih kuat ketimbang membaca Journal of Teh Manis.

Pun dalam hal penciptaan, materi dan pikiran bukan dibijaki dengan intelektualitas, tapi melalui pengalaman indera. Pikiran harus masuk dalam pengalaman indera dan selanjutnya baru melahirkan kebijaksanaan. Dari situ, kebijaksanaan baru akan lahir sesuai keinginan kita.
Untuk melompat parit kecil, tak perlu ancang-ancang. Tapi jika melalui parit yang lebar, kita perlu mundur beberapa langkah. Makin lebar parit, kita makin mundur. Dalam hidup, prinsip ini berlaku universal. Jika ingin maju besar, harus mundur besar. Jika tak dapat memikul kewajiban besar, tak mungkin mungkin memiliki bisnis besar. Itu sudah hukum alam.
Satu kemunduran yang perlu dilakukan adalah meditasi. Lewat meditasi, tiga keuntungan diperoleh yakni pengalaman indera, kemurnian pikiran, dan energi yang berlimpah.
Jika ditambah dengan fengshui lingkungan yang tepat (meditasi di sektor timur laut), maka level energi akan semakin tinggi. Meditasi vipassana adalah jalan yang tepat untuk memurnikan pikiran dan meningkatkan energi.
sumber: kontan edisi mingguan
penulis: Akino W. Azzaro